REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelih anak sulungnya, Ismail. Sebuah percakapan yang demokratis dan penuh keikhlasan terjadi antara keduanya dalam peristiwa pengurbanan itu.
Sebagaimana tercatat dalam Surat Ash-Saffat Ayat 99 - 113, kisah pegurbanan itu bermula ketika Ibrahim bermimpi melihat dirinya sendiri menyembelih Ismail. Ibrahami memahami bahwa mimpi itu adalah perintah dari Allah.
Ibrahim pun mendatangi Ismail. Ia berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu."
Ismail yang masih belia menjawab dengan penuh kesalehan dan keikhlasan. "Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."
Percakapan antara keduanya itu, menurut Muhammad Kosim, Doktor Bidang Pendidikan Islam IAIN IB Padang, dalam esainya untuk Harian Republika (6/10/2014), adalah bentuk relasi ayah dan anak yang komunikatif dan demokratis. Suatu hal yang patut dicontoh dalam mendidik anak.
Dari percakapan itu keduanya bersepakat untuk sama-sama berqurban. Ibrahim mengurbankan anak tercintanya, dan Ismail mengurbankan hidupnya. Lalu meneletanglah Ismail untuk disembelih. Pedang Ibrahim pun mengayun tepat ke arah leher sang putra tercinta.
"Kemudian ya Rabbi, Engkau ajarkan hal kedewasaan yakni penyembelihan dan qurban, pasrah dan keikhlasan . Tatkala dengan hati pedih, pedang hamba ayunkan. Sukma hamba memasuki Ismail yang menelentang," demikian petikan syair Emah Ainun Nadjib menggambarkan nuansa peristiwa itu sebagaimana dilansir dalam Kisah-Kisah Kearifan Para Nabi (2011:130).
Ketika pedang itu hampir tiba di leher Ismail, Allah berkehendak lain. Bukanlah Ismail yang akhirnya tersembelih. "Dalam hitungan sekian nano detik, Ismail telah diangkat, dan diletakkanlah kambing sebagai ganti sekaligus sebagai tanda bahwa pengorbanan Ibrahim dan Ismail telah diterima Allah SWT," tulis Miftah Fauzi Rakhmat dalam Kisah-Kisah Kearifan Para Nabi.
Allah berkata, dalam Surat Ash-Saffat ayat 106, peristiwa itu adalah ujian bagi Ibrahim. Dan Nabi Ibrahim berhasil melewati ujian itu.
Allah pun semakin memuliakan kekasihnya itu. "Dan kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. 'Selamat sejahtera bagi Ibrahim'," demikian bunyi Surat Ash-Saffat 108-109.
Peristiwa pengurbanan Ibrahim dan Ismail inilah yang menjadi asal mula ibadah qurban tiap hari raya Idul Adha. Bagi mereka yang mampu sangat dianjurkan untuk berqurban.