REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- M Arifin Purwakananta pertama kali umroh di tahun 2003 kemudian berhaji di tahun 2008. Bagi Arifin, setiap kegiatan selama berhaji meninggalkan kesan yang berarti.
"Ketika memasuki kota Makkah kemudian kita melihat ka'bah suasananya memang haru, entah mengapa bangunan ka'bah selalu membuat menangis orang yang melihatnya,"ujar Direktur Utama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) kepada Republika.co.id, Selasa (14/7).
Walaupun menyaksikan lebih dari satu kali, setiap orang bisa merasakan keharuan kota Makkah berbeda dengan Madinah.Orang sebesar apapun akan menangis jika melihat ka'bah.
Ketika memasuki kota Madinah dari bandara di pintu gerbang ada rasa gembira yang memeluk relung hati. Tak hanya itu, banyak kesan yang dilalui Arifin semasa berhaji meski dia memilih haji khusus. Ketika itu rombongan memutuskan untuk berjalan kaki dari Mina kemudian ke Makkah terakhir melakukan tahalul.
Sebenarnya ada banyak pilihan untuk naik kendaraan, namun dia dan rombongan memutuskan untuk berjalan. Dapat dibayangkan jamaah yang terdiri dari orang muda dan lansia bergabung menjadi barisan long march.
"Ketika itu yang kuat membantu yang lemah, ibu-ibu menyemangati untuk terus berjalan dan saling bergantian mendorong jika ada menggunakan kursi roda," kenang dia.
Tak lupa juga saling memberikan minum dan membantu bagi jamaah yang terjatuh. Dia merasa saat itu terlihat sekali bahwa manusia memang diciptakan untuk saling tolong menolong demi kemaslahatan bersama.
Melaksanakan rukun Islam ke lima saat itu terasa seperti satu nasib hingga 12 tahun berlalu masih dipertemukan. Hidup bersama selama tiga pekan, tentu rasa akrab dan saling mengenal kelebihan dan kekurangan telah dilalui.
"Hingga saat ini ketika bertemu selalu menyempatkan mengenang memori haji 2008 dan saling memanggil haji dan hajjah," ujar dia.
Perjalanan Spiritual
Makkah menjadi tempat yang paling mustajab untuk berdoa. Pengalaman berhaji di tahun itu banyak sekali Arifin melantunkan doa, baik di multazam, Masjidil Haram dan setiap tempat di Makkah.
"Satu ketika saya mendengar Aa Gym ikut berhaji di tahun itu, memang saya sering mendatangi beliau untuk ikut mengaji, tidak sampai tiga menit saya berdoa, saya telah bertemu dengan Aa Gym meski dalam suasana ramai," ujar dia.
Begitu juga setiap doa yang dipanjatkan untuk kehidupan pribadi, satu persatu kemudian dikabulkan oleh Allah SWT. Arifin saat itu ikut dalam rombongan Dompet Dhuafa Travel. Banyak jamaah yang tergabung dalam rombongan ini kini menjadi sukses besar. Dan ini menurut dia berkat doa-doa yang dia dan rekan-rekan sesama jamaah haji panjatkan selama di Makkah.
"Saat itu kami dibimbing oleh KH Didin Hafidudin dan Ustaz Bobby Herwibowo," tutur dia.
Meski mendapatkan banyak berkah ketika berhaji, Arifin tidak terlepas dari ujian sebelum keberangkatan. Seharusnya Arifin beserta rombongan berangkat di tahun 2007, namun karena pengurangan kuota sehingga keberangkatan pun diundur satu tahun kemudian.
"Dahulu kami berpikir bahwa ini rasanya adalah musibah, ternyata ini merupakan momentum kita untuk latihan selama setahun sebelum berhaji terutama menyiapkan mental dan emnata hati,"jelas dia.
Karena menyiapkan mental untuk berhaji bukan sekadar seperti tur tetapi merupakan bagian dari ibadah yang semuanya dimaknai dengan lebih dalam. Ketika membaca sirah nabawiyah dan para shabat, berhaji lebih bermakna dibanding hanya ibadah semata yang tidak memahami perjuangan Rasulullah dalam membangun Islam.