Selasa 14 Jul 2020 21:26 WIB

Percakapan Bahasa Arab Ketika Hendak Naik Taksi

Para pengemudi taksi kerap kali menggunakan bahasa Arab suqiyah.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Muhammad Fakhruddin
Percakapan Bahasa Arab Ketika Hendak Naik Taksi. Foto: Suhailah, sopir taksi perempuan pertama Saudi tengah bekerja melayani penumpang.
Foto: Reuters/Aljazeera.net
Percakapan Bahasa Arab Ketika Hendak Naik Taksi. Foto: Suhailah, sopir taksi perempuan pertama Saudi tengah bekerja melayani penumpang.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Ketika berada di Arab Saudi, baik untuk keperluan haji, umroh atau keperluan lainnya, taksi sangat dibutuhkan. Namun, ada kalanya pengemudi tersebut tidak mengerti bahasa Inggris, sehingga ada baiknya jika kita memahami sedikit percakapan ketika menawar taksi.

Mengutip buku Percakapan Bahasa Arab untuk Perjalanan Haji dan Umrah karangan Chatibul Umam serta sumber lainnya, berikut adalah percakapan singkat ketika menawar taksi.

مسال خير ، أيها خدمه يا شيخ؟

(Masâal khair, ayyu khidmah yâ syaikh ?)/ Selamat sore, ada yang bisa saya bantu untuk Anda?

أريد أن أذهب إلى مسجد حرام كم التكلفة ؟

('urid 'an 'adhhab 'iilaa masjid haram kam altakalufa?)/ Saya mau pergi ke Masjidil Haram, berapa ongkosnya ?

خمسة وعشرون ريال

(Khamsah wá isyrûn riyâl)/ Dua puluh lima real.

ها هو المال

(ini uangnya).

شكرا جزاكم الله

(Syukran, jazâkumullah)/ Terimakasih semoga Allah membalas kebaikan Anda.

Namun demikian, perlu dicatat, karena terlihat banyaknya penumpang yang ingin menggunakan jasa taksi, tak jarang para pengemudi menaikkan harganya dengan harga selangit.  

Mengutip buku "(Jangan) Panggil Saya Haji", yang ditulis tim Media Center Haji, disebutkan, meski para jamaah ketika berhaji atau umroh banyak yang bisa berbicara Bahasa Arab, belum tentu mereka bisa lancar memahami apa yang diutarakan para sopir taksi. 

Hal itu, dikarenakan para pengemudi kerap kali menggunakan bahasa Arab suqiyah (bahasa pasar), sehingga tak jarang kesulitan dalam berkomunikasi kedua pihak terjadi.

Masih dalam buku yang sama, menawar satu taksi juga nyatanya selalu berebut dengan calon penumpang lainnya. Alhasil, tak jarang banyaknya percobaan tawar menawar yang gagal dilakukan.

Jika memang dalam percobaan pertama, kedua atau bahkan ketiga tawar menawar masih gagal dilakukan, pencarian taksi harus dilakukan dengan cara ‘jemput bola’ ke sisi yang sedikit agak jauh. “Kalau tidak pasti kalah terus dengan orang-orang asing di sana,” tulis buku itu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement