Rabu 22 Jul 2020 12:52 WIB

Usaha Hajar Mencari Bantuan Jadi Ritual Manasik Haji

Hajar tidak putus asa mencari bantuan agar mendapat air untuk diminumkan ke anaknya.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Usaha Hajar Mencari Bantuan Jadi Ritual Manasik Haji (ilustrasi).
Foto: Khalil Hamra/AP
Usaha Hajar Mencari Bantuan Jadi Ritual Manasik Haji (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Usaha Siti Hajar isteri Nabi Ibrahim mencari bantuan antara bukit Safa dan Marwa menjadi ritual manasik haji dan umroh yang dikenal Sai. Sai merupakan salah satu rukun haji dan umroh yang ditegaskan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 158 yang artinya. 

"Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar agama Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumroh, tidak ada dosa baginya mengerjakan Sai antara keduanya. Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan maka Allah Maha mensyukuri Maha Mengetahui."

Dede Imanudin dalam bukunya "Mengenal Haji" mengatakan, di dalam Alquran,  kata Sai disebutkan "yattawwaf" berasal dari kata tawaf. 

Syair adalah berlari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah. "Safa dan Marwah adalah sebuah bukit kecil di Makah," katanya.

Adapun syarat-syarat Sai adalah, dimulai dari bukit Marwa, Sai dikerjakan setelah melakukan tawaf, Sa'i dilakukan 7 Kali dengan ketentuan dari Safa ke Marwa dihitung 1 kali dan dari Marwa ke Sapa juga 1 kali. Dan ini dilakukan di tempat Sai. "Ketika kita sampai di bukit Shafa dan Marwa komandannya kita melafalkan doa "Inna Shofa Wal Marwata Min Sya'a Irillah".  

Setelah itu menghadap ke arah Ka'bah sambil mengangkat lengan hingga ketiak terbuka dengan bertakbir, megucapkan dzikir dan berdoa.

Penulis legendaris buku hidup sesudah mati H Bey Arifin dalam "Bukunya Rangkaian Cerita Alquran Kisah Nyata Peneguh Iman" mengatakan, bahwa lari-lari kecil saat Sai ini pernah dilakukan 7 kali oleh Siti Hajar ketika mencari bantuan mendapat air untuk diminumkan kepada anaknya Ismail. 

"Dari sejarah perjalanan Hajar dan Ismail inilah terambil sebagian besar tata cara ibadah haji yang diwajibkan Islam. Misalnya, lari kecil (Sai) antara Shafa dan Marwah  sebanyak 7 kali," katanya.

Haji Bey mengatakan Makah merupakan tempat di mana Hajar dan Ismail ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim. Pada saat itu Makah masih berupa padang yang tandus tanpa berpenghuni, ramainya wilayah Makkah karena wilayah itu menjadi pusat ritual haji. "Tempat hajar dan Ismail ditinggalkan Nabi Ibrahim merupakan padang pasir tandus tidak bermanusia itu adalah kota Makah," katanya.

H Bey menceritakan setelah habis perbekalan bayi kecil bernam Ismail itu mulai menangis sekuat-kuatnya. Sangking kelelahan menangis Ismail pun terlelap tidur ibunya Siti Hajar terus mencoba sekuat tenaga mempertahankan jiwa sang anak dan juga bersabar atas dirinya sendiri yang bingung harus berbuat apa di padang pasir itu. Untuk mencari bantuan itu akhirnya Ismail yang kondisinya sudah lemas itu diletakkan di atas pasir dan hajar pergi bolak balik sampai tujuh kali mencari air.

"Hajar pergi mencari air, dan datang kembali melihat wajah anaknya yang ditinggalkan itu. Demikian seterusnya berturut-turut, antara dua tempat yang sekarang ini dinamakan Safa dan Marwa," katanya.

Hanya kepercayaan terhadap Allah yang menjadikan Hajar tidak putus asa terus mencari bantuan agar mendapat air untuk diminumkan kepada anaknya. Dan dengan kepercayaan ini pulalah dia yakin bahwa akhirnya dia akan terbebas dari kesedihan.

Tak begitu jauh dari tempat itu, tiba-tiba Hajar melihat setumpuk pasir yang mulanya kering, tampaknya agak basah dan setelah dipegang dengan telunjuk betul-betul pasir itu basah berair. Lalu pasir itu digalinya makin dalam digali makin basah, dan akhirnya setelah agak dalam, akhirnya air muncul. "Dengan kodrat dan iradat Allah keluar lah di situ sebuah mata air yang kita namai Telaga zamzam sekarang ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement