REPUBLIKA.CO.ID, -- Oleh Adhiana Rana K, Mahasiswi Universitas Padjadjaran
India tidak pernah gagal meninggalkan rupa-rupa kenangan bagi siapa pun yang pernah menjenguknya. Eksotis, adalah kata pertama yang terlintas di kepala saya, saat pertama kali menghirup udara India. Kecantikan alam dan keagungan situs-situs peninggalan sejarahnya mencengangkan. Tiap kota seakan berlomba untuk memamerkan keunikannya masing-masing. Populasi Muslim di kota ini mencapai 8,5 persen. Yang terbesar adalah Hindu mencapai 88,5 persen.
Rajasthan, salah satu negara bagian yang terletak di barat laut India, tentu tidak mau ketinggalan. Mengantongi tiga puluh dua kota yang tidak mungkin dibabat habis dalam waktu kurang dari seminggu. Namun, jangan khawatir, Rajasthan dengan bangga memamerkan tiga kota terbaiknya. Kota-kota penuh warna, seperti Jaipur, Jodhpur, dan Jaisalmer bisa dijelajahi dalam waktu lima hari.
******
Jaipur, Pesona Kota Merah Muda
Ibu Kota Rajasthan ini berjarak 260 kilometer dari Ibu Kota pemerintahan India, Delhi. Saya dan teman-teman berangkat menggunakan kereta api dari New Delhi Railway Station yang memakan waktu sekitar enam jam. Kebetulan, India waktu itu sedang dilanda musim dingin akhir tahun. Siapa sangka, cuaca Delhi pun bisa membuat penghuninya meringkuk kedinginan, dengan catatan suhu hingga 7 derajat Celsius. Maka, pilihan untuk kabur ke Rajasthan yang dikelilingi gurun pasir adalah keputusan yang tepat.
Setibanya di Jaipur, jaket-jaket yang terpasang di badan segera kami tanggalkan. Suhu hangat menyambut kami. Begitu keluar dari stasiun, para sopir auto-rickshaw (semacam bajaj) sigap menghampiri. Menggenggam gelar sebagai salah satu destinasi yang populer di kalangan turis, menjadikan Jaipur bersih dan rapi.
Orang-orangnya pun lebih fasih berbahasa Inggris, serta cenderung lebih ramah jika dibandingkan dengan Delhi. Karena keramahan para sopir auto-rickshaw dan kelancaran mereka berkomunikasi, memberanikan kami untuk meminta mereka menjemput esok pagi di hotel, untuk mengelilingi Jaipur, Si Kota Merah Muda. Jadilah, tidak perlu repot-repot mencari kendaraan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Merah muda di mana-mana
Sebenarnya, pancaran warna persik dan jingga lebih tercitra dibandingkan warna merah muda yang menjadi ikon kota. Ternyata, merah muda merupakan warna yang dulu mendominasi bangunan-bangunan di Jaipur untuk menyambut kedatangan Pangeran Edward VII dan Ratu Victoria dari Inggris. Namun, seiring berjalannya waktu, warnanya pun pudar menjadi persik kejingga-jinggaan. Akan tetapi, tidak menghalangi semangat para warga untuk tetap memerahmudakan kota kebanggaan mereka. Seperti auto-rickshaw yang kami tumpangi, tiga-tiganya dihiasi nuansa warna merah muda.
Kecintaan pendiri kota Jaipur, Maharaja Sawai Jai Singh pada ilmu astronomi membuahkan Jantar Mantar, tempat Sang Raja memuaskan rasa ingin tahunya mengobservasi langit dan bintang-bintang. Sekilas, Jantar Mantar terlihat seperti taman kota yang luas dengan penggalan tangga dan bangunan tinggi asimetris yang 'berserakan' di sana-sini. Penggalan tangga dan bangunan asimetris tidak lain merupakan tempat para astronom meneliti misteri langit. Jantar Mantar menjadi saksi bisu, bahwa kehausan manusia akan ilmu telah hadir dari zaman dahulu.
Cukup dengan berjalan kaki menyusuri lorong-lorong kecil dari Jantar Mantar akan mengantarkan Anda ke Hawa Mahal. Istana ini dibangun untuk bangsawan perempuan yang ingin memandangi hiruk-pikuk keramaian Jaipur tanpa harus keluar. Arsitektur Hawa Mahal sukses memukau saya. Konstruksinya dibangun menggunakan batu pasir yang didominasi warna merah muda yang sudah samar. Pada sore hari, Hawa Mahal rutin menjadi tempat pertunjukan harian "Winds of Music: A Colorful Music and Dance Show from Rajasthan" yang digelar di tengah-tengah istana. Sayang sekali, waktu kedatangan saya lebih cepat tiga jam dari waktu pertunjukan.
Amber Fort
Dari Hawa Mahal, terlihat Benteng Amber Fort mengintip di kejauhan, seakan mengundang untuk dikunjungi. Amber Fort terletak jauh di puncak bukit. Masih dengan auto-rickshaw merah muda, perjalanan dari Hawa Mahal ke Amber Fort memakan waktu yang cukup lama. Sekitar tiga puluh menit. Jangan takut bosan karena pemandangan kota dengan pohon palem yang berbaris sepanjang jalan dan sepoi angin sejuk justru membuat ingin berlama-lama di perjalanan.
Sepuluh menit terakhir, auto-rickshaw mulai terengah karena jalan kontur alam mulai menanjak dan berliku, menandakan Amber Fort sudah dekat. Perjuangan tidak sampai di situ, pengunjung masih harus berjalan melewati tanjakan lebih dari satu kilometer, dengan paparan sinar matahari yang terik. Langit diramaikan oleh burung-burung dara yang sibuk terbang berkelompok.
Pantulan air Danau Maota juga menemani pandangan mata saat berjalan menuju gerbang Amber Fort. Rasa lelah langsung hilang saat mencapai tujuan, seakan-akan telah berhasil menaklukkan rintangan yang tidak ringan dan langsung dibayar dengan kemewahan Amber Fort yang luas dan cantik. Pastikan Anda menyisakan waktu untuk memanjakan mata sambil mengagumi hamparan horizon pesona Kota Merah Muda dari balkon Amber Fort.