REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan diminta World Health Organization (WHO) menyiapkan materi kesehatan haji mencegah transmisi penyakit saat mass gathering Ibadah haji. Penyelenggaraan haji merupakan bagian dari mass gathering yang rentan terhadap transmisi penyakit.
"Materi edukasi ini tentunya tidak bertentangan dengan standar pelayanan kesehatan dunia, terutama terkait," kata Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusup Singka saat dihubungi, Rabu (12/8).
Eka mengatakan, materi penyuluhan kesehatan haji menjadi hal yang penting mengingat kesehatan dipenguruhi oleh banyak faktor lainnya di luar kesehatan.
"Seperti kondisi alam, aktivitas fisik dan kesadaran jamaah akan pentingnya kesehatan," ujarnya.
Dihubungi terpisah, Kasubbid Penyuluhan dan Pembimbingan Jamaah Haji Pusat Kesehatan Haji, Muhamad Imran mengatakan, ibadah haji merupakan religius mass gathering yang rentan keterkait dengan transmisi penyakit menular.
Imran mengatakan, kumpulan massa dalam hal ini kegiatan penyelenggaraan haji dapat membuat transmisi penyakit menular lebih cepat. Kumpulan massa dalam suatu kegiatan jika tidak persiapkan dengan baik dapat menyebabkan transmisi penyakit menular dengan cepat terutama pada masa pandemi COVID-19.
"Jadi posisi kesehatan haji sangat penting dalam hal mencegah terjadinya transmisi antara satu orang dengan orang lain, kemudian transmisi penyebaran dari satu negara ke negara lain," kata Muhamad Imran.
Maka dari itulah WHO mengajak Pusat Kesehatan Haji melakukan kerjasama untuk menyusun materi pencegahan dan pengendalian faktor risiko kesehatan haji. Materi ini sangat penting untuk meningkatkan persepsi jamaah terhadap pentingnya menjaga kesehatan sebelum berangkat dan pada saat menunaikan ibadah haji.
"Sehingga mungkin mereka (WHO) perlu memberikan saran. Maka dari awal jamaah haji kita harus sudah mempersiapkan untuk menghadapi situasi religius mass gathering," katanya.
Jadi kata dia, persiapan mass gathering itu harus disiapkan jamaah jauh-jauh hari, baik yang terkait dengan kesehatan, faktor risiko dan terhadap jamaah yang sudah memiliki penyakit sejak di tanah air. Termasuk menyiapkan diri ketika menghadapi kondisi berkumpulnya banyak orang ketika berada di Arab Saudi.
"Sehingga mereka merasa perlu memperkuat positioning penyiapan jamaah haji Istithaah," katanya.
Sesuai usulan WHO, beberapa materi yang tengah dipersiapkan Pusat Kesehatan Haji di antaranya menyiapkan istitha'ah kesehatan jamaah haji, pencegahan transmisi penyakit menular dan membuat materi yang tefokus kepada jamaah yang sudah memiliki faktor resiko tinggi (Risti).
"Karena mereka (jamaah Risti) yang paling rentan tertular penyakit ketika berada di dalam situasi mass gathering," katanya.
Imran mengatakan, pertemuan yang digelar sejak (11-13 Agustus) dengan tema Manasik Kesehatan Haji, Pembinaan dan Pengendalian Faktor Resiko Jamaah haji Risti merupakan tindak lanjut dari pertemuan dengan regional WHO pada tahun 2017.
Imran menceritakan, ketika itu pertemuan antara Pusat Kesehatan Haji dan WHO konsentrasiya membahas emergency medical team (EMT), kemudian berkembang menuju ke pembahasan religius mass gathering yang pertemuannya digelar di Hyderabad India.
Imran mengatakan, bahwa pertemuan ini merupakan event pertama WHO terlibat dalam penyusunan materi religius mass gathering. Artinya Pusat Kesehatan Haji sudah diperhitungkan oleh organisasi kesehatan dunia.
"Puskes Haji dipercaya oleh organisasi kesehatan dunia dalam mengatur mass gathering penyelenggaraan haji," katanya.