REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bio Farma menyatakan, bahan baku vaksin sinovac asal Cina yang saat ini sedang diuji klinis di Bandung menggunakan bahan baku halal. Walaupun menurut Corporate Secretary Bio Farma Bambang Heriyanto, untuk mendapat sertifikasi halal, ia harus mendapat pengujian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Vaksin ini menggunakan bahan baku halal. Tapi untuk spesifikasinya, itu kewenangan MUI. Mereka yang akan tentukan. Tentu kami akan lakukan sertifikasi," ujar Bambang, Rabu (12/8).
Bambang menjelaskan, terkait prosesnya akan tergantung sistemnya karena perlu dilihat proses dan lainnya. Bahkan tim Indonesia baik MUI atau POM, mesti ke Sinovac untuk mengaudit.
"Dalam kondisi normal, proses sertifikasi halal bisa enam hingga satu tahun. Namun karena pandemi, kita berharap bisa satu bulan," katanya.
Menurut Kepala Divisi Surveillance dan Uji Klinis Novilia S Bachtiar, ia sudah beberapa kali berkoordinasi dengan MUI. "Untuk sertifikasi halal sekarang memang belum, karena belum bisa dikeluarkan ketika vaksin sedang dilakukan uji klinis. Nanti sertifikasi halal MUI akan saat proses registrasi," ujarnya.
Dia mengatakan sudah berkomunikasi dengan Sinovac sejak awal. Bio Farma pun, sempat mengajukan pertanyaan, apakah mereka produksi memakai bahan haram.
"Mereka katakan tidak. Mereka ada statement letter, tidak ada bahan yang bersumber dari haram. Tapi tetap, nanti kami akan minta sertifikasi MUI," katanya.