REPUBLIKA.CO.ID, -- Karyawan Turkish Airlines menghadapi masa depan yang ambigu karena krisis gaji yang sedang berlangsung. Ini karena maskapai ini menyelesaikan kuartal kedua tahun 2020 dengan kerugian 2,2 miliar Lira Turki. Akibatnya Turki Airline menambahkan kerugian tahun ini menjadi sekitar 4,3 miliar lira.
Perusahaan ini sebelumnya pun telah menyelesaikan paruh pertama tahun 2019 dengan kerugian 1,1 miliar lira. Kerugian aktual ini yang terjadi pada paruh pertama tahun 2020 jelas sangat melampaui ekspektasi mereka.
Biaya pengiriman perusahaan naik 90 persen dari tahun lalu sebagai akibat dari fluktuasi dramatis nilai tukar Lira Turki terhadap dolar dan euro. Sedangkan pendapatan dari penjualan turun 96 persen dan pendapatan teknis turun 61 persen.
Selama kuartal pertama 2020, yakni ketika hampir semua penerbangan menjadi pengangkut kargo, 43 persen operasi Turkish Airlines berada di Asia Timur, 20 persen di Amerika Serikat, dan 18 persen di Eropa.
Turkish Airlines pun terpaksa menangguhkan semua penerbangan domestik dan internasional pada April dan Mei karena COVID-19, dan memulai kembali beberapa operasi pada Juni. Akibatnya, mereka kehilangan pendapatan hingga 4,25 miliar lira pada paruh pertama tahun 2020.