REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Pelana Keledai Hilang
Nasrudin Khoja mengunjungi temannya, seorang petani yang tinggal di sebuah desa. Dia kehilangan pelana keledainya.
''Kalau sampai kalian tidak menemukannya, kalian akan tahu sendiri yang bakal aku lakukan,'' ancam Nasrudin pada penduduk desa.
Karena takut, mereka lalu berusaha mencarinya. Setelah menemukan pelana tersebut, mereka lalu mengembalikannya kepada Nasrudin.
''Seandainya kami tadi tidak berhasil menemukan pelana ini, apa yang akan Anda lakukan, Mullah?'' tanya seorang penduduk desa.
''Aku punya tikar butut, dan itu yang akan aku jadikan gantinya,'' jawab Nasrudin dengan tenang.
Supaya Tahu
Nasrudin membawa keledainya ke pasar untuk dijual. Seseorang mendekat. Ketika mengulurkan tangan ke mulut keledai untuk mengetahui usianya, seperti yang lazim dilakukan orang, tiba-tiba ia digigit. Karuan saja dia kaget bukan alang kepalang. Sambil mencaci maki, dia pun pergi menjauh.
Selanjutnya, datang calon pembeli lain. ketika hendak memegang ekor keledai, dia jatuh terjerembab ke tanah karena disepak. Dia pun pergi sambil mengutuk binatang itu.
Kemudian, seorang makelar mendekati Nasrudin seraya berkata, ''Tidak ada yang mau membeli keledai Anda ini, Tuan. Soalnya dia suka menggigit dan menyepak.''
''Ia aku bawa ke pasar ini bukan untuk dijual. Aku hanya ingin orang-orang tahu, alangkah sial nasib yang menimpaku,'' jawab Nasrudin.
Ke Tempat yang Dituju Bagal Sialan Ini
Nasrudin sedang menunggang seekor bagal yang nakal dan susah dikendalikan. Di tengah jalan, ia bertemu seorang teman.
''Mau ke mana Anda?'' tanya temannya.
''Ke tempat yang dituju bagal sialan ini,'' jawab Nasrudin seenaknya.
(Dikutip dari Humor Sufi. Pustaka Firdaus)