Jumat 21 Aug 2020 22:29 WIB

Aryani Arifuddin Haru Ketika Matahari Tenggelam di Arafah

Ada pengalaman yang menjadi hikmah bagi dia untuk tidak berbicara sembarangan.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Aryani Arifuddin Haru Ketika Matahari Tenggelam di Arafah. Foto: Siluet Jamaah haji menuruni Jabal Rahmah saat berwukuf di Padang Arafah, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (10/8). Sekitar 2 juta jamaah haji dari berbagai negara  berwukuf di tempat ini sebagai salah satu syarat sah berhaji.
Foto: Amr Nabil/AP
Aryani Arifuddin Haru Ketika Matahari Tenggelam di Arafah. Foto: Siluet Jamaah haji menuruni Jabal Rahmah saat berwukuf di Padang Arafah, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (10/8). Sekitar 2 juta jamaah haji dari berbagai negara berwukuf di tempat ini sebagai salah satu syarat sah berhaji.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sebagai seorang pemilik Travel Haji dan Umroh, mungkin bagi Aryani Arifuddin Pangka merupakah hal biasa melakukan perjalanan haji dan umrah ke tanah suci. Namun nyatanya sebagai jamaah dia memiliki kerinduan tersendiri untuk kembali beribadah disana.

Direktur Anata Tour yang juga kabid Humas Amphuri ini mengatakan ibadah yang tidak pernah terlupakan adalah ketika menjelang wukuf di Arafah dan bermalam di Mina. "Suasana di sana di saat-saat menjelang wukuf dimulai matahari tenggelam terasa syahdu, siapapun yang tengah berada di sana pasti akan merasakan haru,"ujar dia kepada Republika.co.id, beberapa waktu lalu.

Beberapa tahun belakangan kondisi Arafah dan Mina memang amat padat, tetapi bagi Aryani tidak menghentikan kerinduannya ketika beribadah di Arafah.

Tak hanya itu, mendengar suara azan dari tiap - tiap masjid yang berbeda dengan di tanah air juga berkesan baginya. Setiap saat juga lantunan ayat suci Alquran di Saudi memberi perasaan yang berbeda.

Aryani mengatakan pertama kali berhaji di tahun 2000. Ketika itu dia langsung membawa rombongan jamaah haji Anata Tour. "Karena baru pertama berangkat haji perasaan tak bisa diungkapkan kata-kata. Banyak kesan yang saya dapatkan dimana mental dan fisik diuji pada saat pelaksanaan ibadah haji, tapi semuanya terasa nikmat," ujar dia.

Setiap akan berangkat haji dan umroh, dia selalu mempersiapkan fisik karena harus melayani jamaah, sehingga kondisi fisik bahkan harus lebih baik dibandingkan jamaah.

Hal yang paling berkesan adalah ketika setiap ibadah haji dan umroh yang dilaksanakan selalu berjalan lancar terutama kepada jamaah yang dilayani oleh travelnya. Namun terkadang ada saja kedukaan yang terjadi seperti jamaah yang terjatuh sakit hingga di rawat di rumah sakit.

Selain itu ada pengalaman yang menjadi hikmah bagi dia untuk tidak berbicara sembarangan meski hanya di dalam hati selama berada di tanah suci. Saat itu waktu sholat telah tiba, Aryani memilih untuk sholat di Masjidil Haram.

Berdasarkan pengalaman, ketika berdekatan dengan jamaah dari negara tertentu, dia merasa tidak nyaman karena selalu tercium aroma yang tidak sedap. Namun dia selalu berharap untuk dijauhkan dari jamaah negara itu.

Namun ketika dia bersiap untuk sholat, tiba-tiba jamaah negara itu telah berada di sampingnya dan hendak shalat. Padahal rasa-rasanya dia menjauhkan dari rombongan jamaah negara tersebut.

Kemudian karena tetap merasa tidak nyaman dia memilih berpindah ke barisan lebih depan. Tetapi orang tersebut seperti mengikuti dia kemana saja dia berada.

Setelah kejadian itu, dia kemudian beristighfar dan meminta maaf kepada Allah karena telah berprasangka tidak baik meski di dalam hatinya. Setelah itu dia pindah dan orang tersebut tidak lagi mengikuti dia.

Tak hanya hikmah teguran dari Allah, ketika umrah Aryani juga merasakan keberkahan saat mendampingin almarhumah ibunda Presiden Jokowi untuk umrah. Aryani mengakui sejak pertama berangkat haji dan umroh, dia tidak pernah sekalipun bisa menyentuh dan mencium Hajar Aswad.

Hanya ketika dia mendampingi almarhumah dia bisa mencium hajar aswad. Aryani bersama travelnya telah mendampingi beliau sejak 2017, dan setiap Februari almarhumah umroh. Seharusnya di 2020, almarhumah juga berencana pergi umroh kembali bersamanya, namun takdir berkata lain. "Saya mencoba beberapa kali tetapi tetap saja terdorong ke bagian belakang sampai kerudung saya tertarik-tarik," jelas dia.

Sebelumnya meski tidak dapat sampai ke hajar aswada, namun ketika di multazam, Aryani selalu mendapatkan tempat walaupun untu berdesak-desakkan. Dia bersyukur masih diberikan kenyamanan beribadah di multazam.

Aryani berharap pandemi Covid-19 ini segera berakhir dan vaksin Covid-19 segera sukses digunakan. Sehingga ibadah haji dan umroh kembali dibuka untuk umum.

Meski hampir setiap bulan dia pergi umroh untuk mendampingi jamaah, namun ketika ijin umroh ditutup ada rasa kerinduan untuk berkunjung ke Baitullah dan beribadah di rumah Allah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement