REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Tumbuhnya kesadaran keislaman di kalangan pegawai, saat ini, berdampak positif terhadap pertumbuhan ‘rumah Allah’ di lingkungan perkantoran, baik pemerintahan maupun swasta. Sarana ibadah umat Islam yang dibangun di lingkungan itu pun cukup representatif. Betapa tidak, masjid ini, selain menjadi tempat melaksanakan ibadah sholat bagi para pegawai, juga sebagai benteng pembinaan mental dan spiritual mereka dalam mendalami dan menghayati ajaran- ajaran Islam.
Inilah fenomena masjid perkantoran yang diklasifikasikan sebagai masjid fungsional. Menurut penjelasan Dewan Masjid Indonesia (DMI), masjid fungsional atau sektor adalah masjid yang berada di lingkungan pendidikan/yayasan, instansi dan perusahaan atau pasar yang ditetapkan oleh pimpinan lingkungan tersebut atas rekomendasi kepala KUA dan DMI kecamatan setempat.
Maka, sekalipun berada di kompleks perkantoran, tapi masjid tersebut diharapkan tetap makmur dengan kegiatan-kegiatan keislaman. Karena itu, pengurus masjid fungsional harus merancang jenis-jenis kegiatan yang dapat menarik minat para pegawai dan masyarakat sekitar untuk memakmurkan masjid. Begitu pula yang terjadi di kompleks perkantoran Balai Diklat Keagamaan Bandung di Jl Soekarno-Hatta 716 Gedebage Bandung. Di dalamnya, berdiri bangunan Masjid Miftahul ‘Ulum yang dapat menampung lebih dari 500 orang jamaah.
Seperti penurutuan sesepuh masjid, H Syarif Abdurrahman dan H Ade Suryaman, yang disampaikan kepada staf Widyaiswara BDK Bandung Dudung Abdul Rohman, pada mulanya, bangunan masjid ini kecil seperti mushala yang berada pada sebelah sudut kantor. Namun, seiring dengan tuntutan kebutuhan dengan semakin bertambahnya jamaah, maka dibangunlah masjid yang lebih luas.
Akan tetapi, kata Syarif, dengan keberadaan masjid seperti sekarang ini pun, terasa masih kurang luas. Lebih-lebih, kata dia, ketika pelaksanaan ibadah sholat Jumat yang jamaahnya membludak hingga ke halaman depan dan kanan-kiri Masjid. “Ini karena yang mengikutinya, selain pegawai tetap, peserta diklat, juga karyawan-karyawan perusahaan dan masyarakat sekitar,” ujarnya.
Akibatnya, ketika hujan turun jamaah langsung berdesak-desakan masuk ke ruangan masjid. “Kami pengurus merasa iba, karena sebahagian jamaah Jumat yang berada di luar berbasah-basahan terkena cipratan guyuran hujan,” kata Kepala Ba lai Diklat Keagamaan Bandung, H Aep Syaefudin Firdaus.
Hal ini, kata dia, boleh jadi mengganggu kekhusyuan jamaah dalam melaksanakan ibadah. Oleh karena itu, Balai Diklat Keagamaan Bandung berinisiatif untuk merenovasi masjid menjadi berlantai dua, sehingga dapat menampung seluruh jamaah.
Selain itu, dengan bangunan dua lantai tersebut, maka ketika pelaksanaan diklat yang melibatkan banyak peserta, mereka dapat beribadah secara tertib dan khusyuk. Sebab, dalam pelaksanaan sholat berjamaah antara jamaah laki-laki dan perempuan dapat dipisahkan, misalnya jamaah laki-laki di lantai bawah dan jamaah perempuan di lantai atasnya. “Alhamdulillah kepanitiaan renovasi masjid sudah terbentuk. Mudah-mudahan dengan doa restu serta dukungan moril dan materil dari semua pihak keinginan mulia ini dapat segera terwujud,” kata H Aep.
Memang Masjid Miftahul ‘Ulum Balai Diklat Keagamaan Bandung ini tidak pernah sepi dari kegiatan-kegiatan keislaman. Secara rutin seluruh pegawai dengan kesadaran sendiri membiasakan untuk melaksanakan sholat berjamaah Dzuhur dan Ashar di masjid.
Kemudian untuk membina keimanan, keilmuan dan ketakwaan pegawai, Ketua DKM Drs Ramin MAg beserta jajarannya merancang dan melaksanakan berbagai kegiatan syiar keislaman. Misalnya, pada momen peringatan hari-hari besar Islam (PHBI) Muludan, Rajaban, Muhar ram an, dan Nuzulul Quran diadakan pengajian umum untuk seluruh pegawai dengan mengundang penceramah.
Juga pada setiap bulan Ramadhan dimanfaatkan secara intensif untuk mengkaji Alquran dengan kegiatan kultum dan tadarrus. Untuk lebih mendalamnya lagi, pada Ramadhan kemarin dilaksanakan pendidikan intensif tahsin (membaguskan bacaan) dan muqamat (menyelaraskan irama bacaan) Alquran bekerja sama dengan Ma’had Alquran dan Dirasah Islamiyah (MAQDIS) Bandung. Ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kemampuan tilawah (bacaan) Al qur'an yang baik dan benar bagi para pegawai.
Begitu pula ketika padatnya jadwal diklat yang pesertanya melibatkan pegawai Kementerian Agama se-Provinsi Jabar. Selain seluruh peserta mengikuti kegiatan diklat di dalam dan di luar kelas, juga mereka diharuskan mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan mental dan spiritual di dalam Masjid Miftahul Ulum. Mereka diharuskan mengikuti kegiatan sholat berjamaah lima waktu di dalam masjid.
Dari model kegiatan diklat seperti ini, kata H Aep, diharapkan seluruh pegawai di lingkungan Kementerian Agama Provinsi Jabar dapat menjadikan agama sebagai sumber inspirasi, motivasi, dan etika sosial dalam kehidupan, termasuk dalam melaksanakan tugas-tugas keseharian di kantornya. Maka dalam konteks ini, keberadaan Masjid Miftahul ‘Ulum Balai Diklat Keagamaan Bandung menjadi instrumen penting yang dapat dijadikan benteng pembinaan mental dan spiritual pegawai.
*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Kamis, 11 Desember 2014