REPUBLIKA.CO.ID,TEHRAN -- Institut Standar dan Riset Industri Iran (ISIRI) menargetkan 50 sertifikat halal produk ekspor dikeluarkan hingga 20 Maret 2021. Presiden ISIRI, Nayereh Pirouzbakht menyebut hingga saat ini sudah diterbitkan 45 sertifikat.
Pirouzbakht meyakini angka tersebut akan terus bertambah sesuai rencana, sejalan dengan promosi ekspor yang gencar dilakukan pemerintah. “Saat ini, sertifikat halal diinginkan olah banyak negara eksportir, seperti Rusia, Armenia dan Uzbekistan. Kami bermaksud mempercepat proses penerbitan sertifikat ini untuk menunjang proses ekspor,” kata dia dilansir di Tehran Times, Senin (25/8).
Makanan halal disebut telah menjadi bisnis yang menguntungkan dalam ekonomi global selama beberapa tahun terakhir. Seperti yang diumumkan oleh Dewan Halal Dunia (WHC), industri ini secara global bernilai lebih dari 2,5 triliun dolar AS.
Kapasitas besar itu tampaknya sekilas mayoritas dipegang oleh negara-negara Muslim. Namun, karena beberapa kelalaian terutama dalam hal investasi yang layak dan tepat waktu, keuntungan pasar halal cenderung masuk ke beberapa negara non-Muslim yang telah mengakui kebutuhan sektor ini dan merebut pangsa pasar.
Populasi Muslim dunia saat ini tercatat 1,8 miliar orang. Mereka membutuhkan suply makanan yang disiapkan berdasarkan aturan agama dan kepercayaan Islam.
Tren pertumbuhan industri Halal di pasar global menunjukkan negara-negara Muslim, yang merupakan sumber utama permintaan produk Halal, harus mengambil tindakan. Peran yang lebih aktif diperlukan untuk menjadi sumber utama pasokan di sektor ini.
Seperti negara Muslim lainnya, Iran memiliki pangsa kecil di pasar Halal global. Dengan kondisi yang ada, menunjukkan negara harus melakukan banyak investasi dan mengambil langkah-langkah yang lebih efektif untuk mempromosikan statusnya di pasar yang menguntungkan ini.
Presiden ISIRI lantas mengatakan, produk Halal senilai 700 miliar Dolar US dipasok ke pasar global per tahunnya. Namun, pangsa Iran dalam pasar ekspor ini sangat rendah.
Di dunia, sudah ada 250 merek Halal. Negara-negara Muslim seperti Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA) memegang sebagian besar pasar. Iran, yang semua bahan makanannya diproduksi secara Halal, tertinggal dalam mengekspor produknya ke pasar global.
Iran harus meningkatkan statusnya di industri Halal dan bergerak menuju tujuan di atas. Negara harus mencoba mengganti pendapatannya dari minyak dengan sumber lain, terutama ekspor non-minyak.
Salah satu pejabat ISIRI, Zhila Yazdani, percaya jika Iran mengambil lima persen dari pasar Halal di dunia, negara dapat memperoleh pendapatan hingga 2,5 kali lipat lebih tinggi dari pendapatan minyaknya.
"Mengingat potensi tinggi negara di sektor halal ini, jelas terlihat ada prospek yang menjanjikan dengan kehadiran Iran di pasar yang menguntungkan ini," katanya.
Menyadari kebutuhan mendesak akan kehadiran yang lebih besar dan lebih kuat di pasar Halal dunia, negara Iran disebut mengambil langkah-langkah yang bermanfaat untuk mencapai target ini.
Salah satunya, untuk memfasilitasi mereka yang aktif di sektor halal di dalam negeri, Iran meluncurkan sistem Halal terintegrasi pada tahun kalender Iran yang lalu.
Sistem ini mengintegrasikan kegiatan organisasi terkait, termasuk Kementerian Pertanian, ISIRI, dan Administrasi Bea Cukai Republik Islam Iran (IRICA). Kerja sama ini mengarah pada pengurangan biaya produksi dan waktu penerbitan izin, selain menyediakan lebih banyak fasilitas.
Iran adalah negara di mana 100 persen bahan makanannya Halal. Negara tersebut dipercaya dapat dengan mudah mencapai bagian besar dari pasar Halal dunia.
Dengan target tersebut, ke depannya tidak hanya memperluas sumber pendapatan negara, tetapi juga mengarah pada lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Sumber: https://www.tehrantimes.com/news/451536/Number-of-certificates-for-export-bound-Halal-products-to-reach