REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Rumah Hatem Iraqi bukan sekedar rumah. Ini menampilkan lebih dari 1.000 artefak budaya dan sejarah, beberapa artefak berasal dari 800 tahun yang lalu.
"Saya mewarisi artefak dan benda bersejarah ini dari ayah saya yang berasal dari zaman Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah, mengantarkan pada peristiwa dan cerita terkenal," kata Iraqi kepada Arab News.
Iraqi mengatakan bahwa dirinya telah mendedikasikan perhatian, tenaga dan waktunya untuk melestarikan benda-benda di kediamannya di Makkah. Atas kehendak ayahnya, dia harus menyimpan dan merawat barang-barang berharga itu.
Artefak itu termasuk Alquran, manuskrip, buku, uang, perkakas, perangko, foto, peta, majalah, pedang, alat musik, perkakas, furnitur, dekorasi dan pakaian. Mereka menceritakan kisah Jazirah Arab, dari masa-masa awal sampai munculnya dan berkembangnya Arab Saudi modern. Ada juga barang antik dan artefak dari negara lain di seluruh dunia.
"Ketertarikan untuk mengoleksi artefak semacam itu dianggap sebagai tantangan, terutama karena benda-benda tersebut memiliki makna budaya dan warisan yang luar biasa," kata Iraqi, dilansir dari Arab News, Selasa (25/8).
Ia mengatakan, artefak-artefak itu adalah bukti peristiwa penting dari masa lalu Makkah dan permata tak ternilai yang ayahnya lestarikan seumur hidupnya sebagai bagian dari pengabdiannya pada sejarah dan monumen Makkah.
Ayahnya bernama, Faisal Iraqi, dikenal di Makkah karena mengoleksi artefak bersejarah dan antusiasmenya terhadap warisan kota. Dia menghabiskan lebih dari 50 tahun mengumpulkan harta benda, banyak beraktivitas dan sering bepergian.
Iraqi berharap ada Saudi yang setara dengan Louvre, museum pribadi yang dapat memamerkan harta-harta bersejarah mereka di bawah satu atap. Sehingga dapat menjadikan negara itu pusat budaya sebagai cara untuk membuat daya tarik di tingkat internasional.
"Patut dicatat bahwa pada tahun 2030, lebih dari 30 juta pengunjung dan peziarah dapat mengunjungi museum ini dan berkenalan dengan kekayaan warisan budaya negara ini di semua tingkatan, termasuk budaya dan kognitif dan di tingkat mendefinisikan artefak sejarah yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya," kata Iraqi mengacu pada salah satu tujuan terpenting dalam rencana reformasi Visi 2030 Kerajaan Arab Saudi untuk memiliki 30 juta peziarah mengunjungi negaranya pada tahun 2030.
Menurut Iraqi, museum Makkah harus dirawat, terutama yang milik pribadi. Orang harus melihat pariwisata sebagai industri di mana orang Saudi dapat menyampaikan visi, tujuan, dan aspirasi mereka.
"Makkah adalah wilayah yang ingin dikunjungi setiap Muslim, karena mereka telah mendengar tentang kota ini dan warisan besarnya di buku-buku referensi utama. Jadi mereka akan datang untuk menjalani pengalaman ini dan memahami pengetahuan ini. Peran kami dalam hal ini adalah untuk memberikan dosis kognitif dan mengatasi visi wisata ini melalui pengaturan museum sesuai dengan kriteria internasional, mendukung mereka dan menganggapnya sebagai potensi ekonomi yang aktif," jelasnya.
Dia menambahkan bahwa orang-orang Makkah sepanjang sejarah telah membuktikan bahwa hubungan mereka dengan pengunjung dan peziarah kuat dan terbarukan. Mereka merasa bangga melayani para pengunjung rumah Allah.
Di masa lalu, kenang Iraqi, orang-orang Makkah biasa membuka pintu untuk menjamu para peziarah dan pengunjung di rumah mereka sendiri selama musim-musim seperti haji dan umrah. Mereka juga biasa berbagi makanan dengan para peziarah meskipun mengalami kesulitan, kelaparan, dan kebutuhan.
"Sekarang saatnya para peziarah dan pengunjung untuk mengunjungi rumah-rumah ini sekali lagi dan berkenalan dengan harta benda bersejarah yang mencerminkan sejarah lama Makkah dalam melayani para pengunjung rumah Allah," katanya.
Sumber:
https://www.arabnews.com/search/site/Hajj