Selasa 01 Sep 2020 15:01 WIB

Travel di Inggris Ungkap Dampak Tertundanya Haji dan Umroh

Banyak pelanggan yang memilih membatalkan keberangkatan hajinya.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Muhammad Fakhruddin
Travel di Inggris Ungkap Dampak Tertundanya Haji dan Umroh (ilustrasi).
Foto: AP
Travel di Inggris Ungkap Dampak Tertundanya Haji dan Umroh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Agen wisata Coventry di Inggris menjadi salah satu terdampak pembatasan haji dan umroh tahun ini. Perusahaan itu tak bisa mendapat pemasukan dari biaya haji yang berkisar £6 ribu atau sekitar Rp 117 juta.

Manajer Agen wisata Coventry Jav Sulaimaan menyebut ibadah haji tentu tak bisa disamakan dengan umroh dari segi jumlah jamaah dan perasaan mengikutinya. Menurutnya, tak ada kegiatan lain di dunia yang bisa mengumpulkan dua juta manusia dalam tempat dan waktu yang sama selain ibadah haji.

"Ada banyak kebutuhan spiritual dan fisik yang harus disiapkan (sebelum berhaji) karena banyaknya kilometer yang harus ditempuh berjalan kaki selama haji, kami sarankan jamaah menyiapkan diri semaksimal mungkin," kata Sulaimaan dilansir dari coventrytelegraph pada Selasa (1/9).

Diperkirakan ada 7,5 persen penduduk kota Coventry yang beragama Muslim. Agen wisata yang dijalani Sulaimaan biasa dapat berjalan tanpa hambatan berarti sebelum pandemi Covid-19.

"Klien kami kian dekat tiap tahunnya (mendapat jatah haji), paket haji terjual habis dan bahkan saya lupa kapan terakhir kali memasang iklan," kenang Sulaimaan.

Selama mengurus jamaah haji, Sulaimaan memperoleh berbagai kisah perjuangan luar biasa. Ada keluarga yang harus menabung tiap bulan hingga 15-20 tahun karena keterbatasan pendapatan. Sedangkan, ada pemuda Muslim yang punya penghasilan lebih baik justru menganggap biaya haji terlalu mahal.

"Anda pasti mendengar kisah luar biasa dan menyentuh hati tentang haji ini. Memang tidak ada paket yang murah hingga bagi sebagian orang menguras seluruh tabungannya," ujar Sulaimaan.

Sayangnya, Sulaimaan tak bisa lagi mendengar kisah menarik para jamaah haji karena dibatasi Arab Saudi sejak pandemi Covid-19. Saudi memutuskan tak mengizinkan umroh tahun ini dan haji hanya diadakan terbatas. "Dalam kondisi sekarang orang-orang tak bisa berhaji," sebut Sulaimaan.

Akibatnya, perusahaannya harus menelan pil pahit banyaknya pelanggan yang memilih membatalkan keberangkatan hajinya. Mereka meminta pengembalian dana yang kian menyulitkan perusahaan. "Mayoritas kegiatan kami tinggal mengurus pembatalan dan pengembalian dana," keluh Sulaimaan.

Sulaimaan mengakui sulit mengembalikan bisnis haji dan umrah jika Saudi selaku empunya pintu masih menutup diri. "Sulit melihat industri ini akan kembali lagi, banyak yang menunggu di daftar tunggu padahal," ucap Sulaimaan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement