REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Arsitek utama proyek masjid Ayodhya, SM Akhtar (64 tahun) mengatakan, masjid akan dirancang dengan gaya Indo-Islam dan bertujuan untuk menjembatani perbedaan komunal.
"Melalui proyek ini kami memiliki peluang besar untuk menyatukan kembali komunitas. Masjid hanya akan menjadi bagian dari kompleks. Kita bisa memunculkan ide-ide holistik untuk mencapai tiga nilai yaitu human values, indianness dan islamic," kata Akhtar, dilansir dari laman Hindustan Times, Rabu (2/9).
"Kami tidak ingin menjadi kompleks untuk satu komunitas saja," lanjutnya.
Arsitek sekaligus dekan pendiri, fakultas arsitektur, Jamia Millia Islamia, Delhi, akan merancang seluruh kompleks yang dibangun di atas tanah seluas lima hektar di desa Dhannipur. Hal ini sesuai dengan perintah Mahkamah Agung di gugatan gelar Masjid Ram Janmabhoomi-Babri tahun lalu.
"Kami telah menunjuk profesor SM Akhtar sebagai konsultan arsitek dan karenanya dia akan merancang seluruh kompleks masjid yang akan dibangun di atas tanah seluas lima hektar di Dhannipur," kata Juru bicara Indo-Islamic Cultural Foundation (IICF), Athar Hussian yang mengawasi pembangunan kompleks.
Selain masjid, Akhtar juga akan merancang fasilitas umum, termasuk rumah sakit, Indo-Islamic Research Center, dapur komunitas, dan museum. Akhtar mengatakan, masjid itu akan dibangun di atas tanah seluas 15 ribu kaki persegi dan memiliki perpaduan arsitektur Indo-Islam.
Akhtar mengungkapkan, karena pandemi virus corona, belum ada tanggal tentatif yang diputuskan untuk memulai konstruksi. "Kami tidak bisa meniru apa pun. Tapi kami berencana untuk menggunakan bentuk arsitektur kontemporer," kata dia.
Pemerintah Uttar Pradesh menyerahkan lahan tersebut kepada UP Sunni Central Waqf Board (UPSCWB) bulan lalu. Hal ini sesuai dengan putusan Mahkamah Agung November 2019 yang membuka jalan untuk pembangunan kuil Ram di Ayodhya. Pengadilan juga memerintahkan pemerintah untuk memberikan lima hektar tanah di lokasi alternatif untuk pembangunan masjid.