Selasa 08 Sep 2020 22:42 WIB

Menelusuri Masa Lalu Ankara

Di benteng di atas bukit itu, diam-diam Ankara menyimpan keindahan.

Menelusuri Masa Lalu Ankara (ilustrasi).
Foto: EPA
Menelusuri Masa Lalu Ankara (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Nina Chairani

JAKARTA -- Beginilah orang memperkenalkan Ankara. ''Kota ini tak sebesar dan semeriah Istanbul. Lebih tenang, banyak perkantoran. Maklumlah, di sini ada pusat pemerintahan Turki.''

Benarkah begitu? Saat berkesempatan ke kota itu atas undangan pemerintah Turki saya berusaha mengenalinya, mengenali bentuk sejatinya. Ketika Bapak Turki, Mustafa Kemal Ataturk memilih kota di persimpangan rute perdagangan kuno itu sebagai ibu kota negara pada 1923, salah satu perhitungannya adalah faktor pertahanan. Kota ini ada di pedalaman, tidak mudah diakses dari berbagai arah seperti Istanbul. Para perencana kota pun membangun Ankara.

Berbagai informasi yang saya baca di internet membawa saya ke Ulus. Suatu wilayah tua di kota ini. Wilayah yang sebagiannya, terutama di kawasan benteng di atas bukit, tidak disentuh oleh para perencana kota. Wilayah ini menyimpan kenangan pendudukan kekuasaan bangsa-bangsa besar dunia. Di jalan raya Cankiri, kita masih bisa menemukan jejak bangsa Romawi dalam penggalan jalan dan kompleks pemandiannya yang `canggih'.

Ulus adalah distrik tertua di Ankara. Bangsa Phrygia, Romawi, Byzantium, Turki Seljuk, dan Ottoman pernah tinggal di balik dinding-dinding benteng ini. Ketika Mustafa Kemal Ataturk memilih kota itu di persimpangan rute perdagangan kuno sebagai ibu kota negara pada 1923, para perencana kota tak menyentuh jalan-jalan berliku di dalam dinding benteng. Baru beberapa tahun lalu, bagian kuno Ankara ini dihubungkan ke bawah bukit.

Benteng Ankara

Dari pemandian Romawi, sopir taksi itu menunjukkan jalan ke belakang, yang sudah kami lalui. Tangannya menunjukkan arah belok ke kiri. Lalu, `'Ust!'' katanya sambil menggerakkan tangannya ke atas. Saya menyusuri arah yang dimaksud. Lewat patung cumhuriyet, patung Attaturk berkuda, ke kiri, tampak di kejauhan di atas sana, sebuah benteng di atas bukit. Bendera nasional Turki merah berkibaran gagah di atasnya. Saya seakan melihat sebuah benteng kerajaan di masa lalu.

Anda bisa menandai benteng Ankara, dari titik mana pun di Ankara asalkan udaranya cerah. Ini adalah kota asli, dengan fondasi yang dibuat sekitar 3.000 tahun lalu. Fondasinya diletakkan oleh orang-orang Galatia pada limpahan lava yang menonjol, lalu dilengkapi oleh orang Romawi. Orang-orang Byzantium dan Seljuk merestorasi dan menambah dindingnya. Wilayah di sekitar dan di dalam benteng adalah bagian tertua dari Kota Ankara. Banyak contoh bagus dari arsitektur tradisional bisa dilihat di dalam dinding benteng.

Di benteng yang sempit itu Anda bisa mengintip kehidupan jalan-jalannya melestarikan desa kecil Anatolia. Di sini kita bisa membayangkan kehidupan sebelum Republik Turki lahir. Banyak bangunan tua tetap pada bentuknya. Rumah-rumah balkon bertingkat. Di kawasan ini, orang-orang berpakaian lebih konservatif. Kita masih bisa melihat wanita sehari-hari mengenakan celana panjang longgar dan muslin halus, dengan kerudung berhiaskan manik-manik.

Banyak rumah tradisional di dalam benteng yang berubah fungsi menjadi restoran dan toko menyajikan makanan, musik lokal, dan tentu saja minuman raki. Kita bisa menemui beberapa restoran menyajikan daging panggang. Ada juga Kale Washington, Kalekapisi Sokak, misalnya, yang memberi nilai tambah dengan menyajikan pemandangan indah kota Ankara yang terhampar di bawah terasnya. Menyusuri jalan-jalan sempit di benteng merupakan pengalaman berharga bagi para turis di Ankara.

Barang murah

Cikrikcilar Yokusu di Ulus daya tarik Ankara. Cikrik bisa berarti roda yang berputar, posisinya pada jalan yang berputar mengelilingi bukit menuju benteng Ankara. Ini tempat warga berbelanja di bukit menuju benteng. Di sini kita bisa berjam-jam memilih-milih kain produksi lokal, sapatu, jaket, karpet, barang antik.

Di ujung Cikrikcilar Yokusu adalah Bakircilar Carsisi, pasar pengrajin tembaga. Di sini kita bisa menemukan semua jenis barang tembaga, peralatan dapur. Kita bahkan bisa duduk dan menyaksikan pengrajin bekerja. Mereka dilatih sejak muda dan belajar cara membuat semua jenis barang tembaga.

Bila datang sendiri, kita bisa menawar harga lebih murah. Sebab, turis yang datang bersama pemandu, biasanya sang pemandu menerima 40 persen komisi dari barang yang dijual. Namun, secara umum harga barang di Ankara cenderung lebih rendah ketimbang di Istanbul. Jika berjalan menuju gerbang benteng, kita akan sampai pada toko-toko rempah, menjual aneka buah kering dan lain-lain. Kita bisa membeli hazelnut kiloan di tempat ini.

Aneka objek

Ulus tak hanya memiliki benteng menarik. Kita bisa menikmati sejumlah objek menarik di sana. Pilar Julian dari abad keempat dan Kuil Augustus dari abad ke-2 bisa kita temui di bawah benteng. Satu-satunya Testamen Politik Augustus yang masih bertahan, sebuah pernyataan prestasi Kaisar Romawi, Augustus.

Ada lagi masjid Haci Bayram. Masjid ini dibangun untuk menghormati Haci Bayram Veli, pendiri kelompok religius Bahrami, yang makamnya ada di samping masjid. Masjid dibangun di awal abad ke-15, diperbaiki oleh arsitek kerajaan Ottoman, Sinan, pada abad ke-16, dengan penambahan ubin-ubin bermotif bunga dari kawasan keramik Kutahya pada abad ke-18.

Karena indah dan pentingnya, masjid ini adalah salah satu masjid 'wajib kunjung' bila Anda berkesempatan ke Ankara. Hanya saja, di musim dingin pintu masjid selalu tertutup rapat. Suatu kondisi yang umum kita temukan di masjid-masjid di negeri empat musim.

*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Minggu, 30 Desember 2007

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement