REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) meminta jamaah haji tidak mengutamakan istitha'ah dari satu sisi saja. Istilah istitha'ah atau mampu harus dikedepankan secara utuh.
"Jamaah jangan terpaku istitha'ah kesehatan saja, tetapi juga harus kedepankan istitha'ah secara utuh," kata Direktur Bina Haji Kementerian Agama, Khoirizi H. Dasir, dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Selasa (15/9).
Saat mengisi webinar dengan tema "Meraih Kesempurnaan Ibadah Haji serta Tips Menjaga Kesehatan Jemaah Haji", ia menyebut jamaah haji banyak yang masih mengutamakan istitha'ah kesehatannya saja. Sementara, terdapat pula istitha'ah perjalanan, istitha'ah materi, dan istitha'ah ibadah.
Dalam penyelenggaraan haji tahun ini, Khoirizi menyebut keberangkatannya memang ditunda. Untuk keputusan tersebut, ia meminta jamaah haji berpikir positif.
"Penundaan keberangkatan haji ini, jamaah harus positive thinking. Dengan adanya penundaan ini, jamaah haji bisa memperdalam ilmu manasiknya,” ujarnya.
Kabid Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag Banten, Machdum Bachtiar, mengatakan istitha’ah dengan kesehatan haji memang satu hal yang tidak dapat dipisahkan. Kedua hal ini harus dimiliki jamaah haji.
Makna istitha’ah sendiri, menurut dia banyak macamnya. Ada istitha’ah maliyah (harta), istitha’ah badaniyah (fisik), istitha’ah amniah (keamanan) dan istitha’ah kesehatan.
“Untuk berhaji, seorang Muslim harus mampu dalam segi fisik (istitha’ah badaniyah), materi (istitha’ah maliyah) dan keamanan (istitha’ah amniyah). Mampu secara materi, keamanan, dan kesehatan,” ujar Machdum.