REPUBLIKA.CO.ID, AYODHYA -- Sebuah masjid akan dibangun di desa Dhannipur di distrik Ayodhya, Uttar Pradesh, India sebagai pengganti Masjid Babri yang telah diruntuhkan. Lahan seluas lima hektare yang dialokasikan untuk Dewan Wakaf Sunni itu akan termasuk masjid, rumah sakit, dan pusat penelitian budaya.
Sesuai dengan putusan Mahkamah Agung pada November 2019, lahan di atas reruntuhan Masjid Babri di Ayodhya akan dibangun kuil Ram bagi umat Hindu. Pendiri sekolah arsitektur Jamia Millia Islamia, yang juga arsitek yang mendesain masjid yang akan dibangun di Dhannipur, Prof SM Akhtar, menjelaskan soal desain masjid yang dikatakannya akan disesuaikan dengan perkembangan zaman atau desain modern.
Sementara titik sentralnya, menurutnya, akan menjunjung tinggi esensi Islam dari layanan tanpa pamrih kepada umat manusia. Dalam pemikirannya, Akhtar berpandangan stereotip masjid dengan kubah dan menara besar tidak mempresentasikan Islam, melainkan peninggalan penguasa Muslim saja.
Dalam wawancara dengan Arshad Afzaal Khan, Akhtar menuturkan masjid baru tersebut mungkin akan lebih besar dari masjid Babri. Namun, tidak akan mirip dengan bangunan yang berdiri di tempat Ramjanmabhoomi tersebut.
Menurutnya, keberadaan rumah sakit bahkan akan menjadi titik sentral di atas lahan seluas lima hektare yang dialokasikan untuk Dewan Wakaf Sunni itu. Ia mengatakan, rumah sakit tersebut akan melayani umat manusia dalam semangat Islam sejati seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam khutbah terakhirnya 1.400 tahun lalu.
"Ini bukanlah kontruksi beton tradisional, namun mungkin selaras dengan struktur bangunan masjid, yang penuh dengan kaligrafi dan simbol-simbol Islam dan dapat menampung unit khusus dengan 300 tempat tidur, tempat ini akan bekerja dengan semangat misionaris untuk menawarkan terapi gratis bagi yang sakit," kata Akhtar dalam sesi tanya jawab, dilansir di Times of India, Kamis (17/9).
Akhtar menegaskan, bahwa desain masjid baru ini akan modern dan trendi. Karena itu, ia tidak akan meniru warisan arsitektur dari para penguasa Muslim manapun. Ia berpandangan, Masjid al-Haram atau Ka'bah tidak memiliki menara atau kubah, tetapi melambangkan semangat Islam yang sebenarnya. Karena itulah, kata dia, desain masjid di Ayodhya ini mungkin dirancang untuk memenuhi tantangan zaman yang modern yang tidak akan dilambangkan dengan kubah dan menara.
"Struktur bangunan tidak dapat direplikasi atau distereotipkan. Bagaimana hanya struktur abad pertengahan yang melambangkan Islam, yang dunia selalu kaitkan? Warisan monumental dari penguasa Mughal, Persia atau dinasti Muslim lainnya tidak dapat secara tegas digariskan sebagai struktur Islam. Apa yang akan kita bangun saat ini harus berkaitan untuk selama ratusan tahun ke depan. Hanya satu faktor yang vital, rute (kiblat) masjid harus ke arah Ka'bah dan dananya harus 'halal' (resmi)," kata Akhtar.
Ia lantas memaparkan soal ide tentang bangunan terbarunya. Akhtar mengatakan, sebuah masjid di Udupi, Karnataka, memiliki konstruksi kontemporer yang didukung oleh tenaga volta foto dan ada satu masjid di Qatar yang memiliki bentuk kapal. Struktur masjid tersebut memang tidak sesuai dengan stereotip Islam, namun itulah yang terbaru.
Namun, ia mengatakan mungkin ada ''jhalak & jhapak' (refleksi) tasawuf sebagaimana Islam yang dibentangkan di India oleh para tokoh sufi. Filosofi yang mendasari titik pusat di Dhannipur mungkin untuk melayani, menyembuhkan, memberi makan dan mendidik individu tanpa membedakan kasta atau keyakinan.
Sementara itu, kompleks masjid di Dhannipur ini juga akan mencakup museum dan tempat arsip. Menurut Akhtar, rencana utama akan dirancang untuk menampung tempat arsip, museum dan dapur komunitas dalam kompleks masjid. Arsip dan museum itu akan memamerkan kontribusi umat Islam untuk pembangunan bangsa, tradisi India dan perjuangan kebebasan dan tentu pada sufi yang mengungkapkan cinta dan kerukunan. Ia menambahkan, titik sentral ini akan menjangkau masyarakat dan menjembatani perbedaan.
"Area pusat akan menjunjung tinggi esensi Islam yang sebenarnya dan menghapus kesalahpahaman tentang keyakinan kita, sehingga orang-orang dari seluruh agama dapat mendekati kita dan kita dapat melayani dan menyembuhkan umat manusia," ujarnya.