REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Dalam memperingati Hari Kebudayaan Afrika Selatan, Jaringan Muslim Afrika Selatan (Samnet) akan mengadakan pembukaan masjid di tahun kelima.
“Pada Hari Kebudyaan, orang Afrika Selatan belajar tentang budaya lain, merayakan sejarahnya, dan semakin berkembang seperti sekarang, menjadi masyarakat yang terintegrasi. Dalam merayakan hari ini, The National Mosque Open Day menyediakan program bagi siapa saja untuk melihat apa yang terjadi di dalam masjid,” kata Ketua Samnet, Faisal Suliman dilansir dari Abna 24, Jumat (25/9).
Inisiatif ini juga mempromosikan kohesi sosial dan membangun pembangunan Afrika Selatan. Suliman mengatakan maksud dari “Open Day” untuk memberikan pandangan kepada masyarakat non-Muslim tentang apa yang Muslim lakukan di dalam masjid serta alasan mengapa mereka melakukannya. Menurutnya, ini bentuk upaya menyebarkan Islam di seluruh negeri.
“Pada open house masjid 2019 dihadiri lebih dari 2.000 peserta di enam provinsi dengan 45 masjid yang terdaftar. Masyarakat dari semua kalangan hadir. Mereka mengunjungi masjid selama dua jam. Sementara pada 2018, dihadiri lebih dari 800 peserta di 20 masjid,” ujar dia.
Setelah mengikuti program itu, peserta mendapat pemahaman Islam yang lebih baik dari informasi yang akurat. Afrika Selatan bukanlah satu-satunya negara yang menyelenggarakan open house masjid. Suliman mengatakan masjid di Amerika Serikat, Australia, dan bagian Eropa juga memiliki hari serupa, di mana masyarakat dapat mempelajari tentang Islam dan bagaimana masjid beroperasi.
Baru-baru ini, penilaian terhadap azan tidak mempengaruhi masyarakat dalam menjalankan urusan mereka. Mereka dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
Pada Agustus lalu, kasus antara seorang warga Chandra Giri Ellaurie dengan Institut Islam Madrasah Taleemuddeen di Isipingo menjadi berita utama nasional. The Daily News melaporkan Chandra Giri Ellaurie telah membawa lembaga tersebut ke pengadilan. Dia mengeluh lantaran suara azan mengganggu privasinya.
Hakim Sidwell Mngadi memerintahkan Institut Islam Madrasah Taleemuddeen agar azan tidak terdengar di dalam kediaman Ellaurie yang berjarak 20 meter dari institut tersebut. Kasus ini membuat lembaga tersebut mengajukan surat banding.
Suliman mengatakan pandemi telah mengubah hidup semua orang. “Masjid telah menerapkan jaga jarak dan prosedur lain untuk membatasi kapasitas jamaah. Juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat sesuai dengan aturan pemerintah,” ucap dia.
Dalam acara tahun ini, jika tidak bisa, masjid akan menyelenggarakan program virtual. Jika bisa dilakukan, masjid akan dibuka untuk umum. Tentunya dengan menerapkan prosedur kesehatan seperti menjaga jarak selama tur.
Baca juga: Abdullah Haron, Ulama Afrika Pejuang Anti-Apartheid