Kamis 01 Oct 2020 05:05 WIB

Sosok Emir Kuwait Sheikh Sabah, Mediator Wilayah Konflik

Jabatan menteri luar negeri menjadi batu loncatan Sheikh Sabah jadi sosok pendamai.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ani Nursalikah
Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah saat berada di Makkah, Arab Saudi, 31 Mei 2019.
Foto: Reuters
Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah saat berada di Makkah, Arab Saudi, 31 Mei 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kuwait kehilangan sosok pemimpin yang dikenal sebagai mediator wilayah yang penuh konflik. Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah wafat dalam usia 91 tahun, Selasa (29/9). Dia meninggal dalam perawatan di rumah sakit di Amerika Serikat. 

Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah merupakan Emir Kuwait ke-15 yang memerintah selama 14 tahun. Sheikh Sabah lahir pada 16 Juni 1929. 

Baca Juga

Anadolu Agency menyebut, ia adalah anak keempat dari pasangan Sheikh Ahmad Al-Jaber Al-Sabah dan Munira Othman Hamad Al-Ayyar Al-Saeed. Kariernya dalam pemerintahan dimulai pada 1954. Kala itu, ia diangkat sebagai anggota Komite Eksekutif Tertinggi pada usia 25 tahun. Secara perlahan, dia mulai mengambil alih posisi pemerintah.

Hingga sampailah pada 1963 ia menjadi menteri luar negeri hingga 1991. Posisi ini merupakan batu loncatan dia sebagai sosok pendamai.

Sheikh Sabah menjabat selama empat dekade, yang membuat dia sebagai salah satu menteri luar negeri terlama di dunia. Selama periode itu, dia berhasil memulihkan hubungan internasional Kuwait setelah Perang Teluk, dilansir di Aljazirah.

Tak hanya sebagai menteri luar negeri, berdasarkan laman resmi kementerian keuangan Kuwait, Sheikh Sabah juga memegang sejumlah posisi pemerintahan lain, seperti menteri keuangan dari 1965 hingga 1967. Kuwait menghadapi krisis terbesarnya pada 1990.

Saat itu, pemimpin Irak Saddam Hussein menginvasi Kuwait 2 Agustus 1990 dan menduduki Kuwait selama tujuh bulan. Oleh karena itu, dia bersama para pejabat Kuwait lainnya melarikan diri ke negara tetangga, Arab Saudi.

Sempat Sheikh Sabah pingsan dalam satu pertemuan yang dihadiri para pemimpin Arab. Lalu pada 24 Februari 1991, pasukan Amerika Serikat dan sekutunya menyerbu Kuwait, membantu melawan Irak beserta sekutu lain. Penyerbuan itu berakhir 100 jam kemudian.

BBC menyebut dia dijuluki "Dekan Diplomasi Arab" atas upayanya memulihkan hubungan dengan negara-negara yang mendukung Irak selama Perang Teluk Persia I (1990-1991), ketika Kuwait diserang oleh pasukan Irak. Sheikh Sabah mengambil sumpahnya menjadi Emir Kuwait pada 29 Januari 2006 atas persetujuan dari dewan nasional.

Dia menggantikan Syekh Saad Al-Abdullah Al Salim Al-Sabah karena sakit. Di bawah kepemimpinannya, Kuwait bertindak sebagai perantara antara Pakistan dan Bangladesh, Turki dan Bulgaria, Otoritas Palestina dan Yordania, faksi-faksi dalam perang saudara di Lebanon, dan negara-negara Teluk dan Iran. Dia juga aktif menyelesaikan krisis di Yaman, Suriah, Irak, Libya, dan Palestina.

Sheikh Sabah juga berinisiatif membantu umat Islam di banyak wilayah di dunia, terutama Muslim Rohingya di Myanmar dengan memberikan bantuan sebesar 1,5 juta dolar AS untuk pengungsi Rohingya.

Menurut Laporan Middle East Coutts 2014, Sheikh Sabah memberikan sumbangan individu terbesar pada 2013 di antara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Bantuan tersebut untuk mendukung pengungsi Suriah di negara-negara tetangga sebanyak 300 juta dolar AS. Masih di tahun yang sama, Sekretaris Jenderal (PBB) Ban Ki-moon saat itu menyebut Sheikh Sabah sebagai pemimpin kemanusiaan secara global dan memberinya Penghargaan Kemanusiaan.

Salah satu tantangan terbesarnya adalah saat terjadinya boikot terhadap Qatar yang dimulai pada 2017. Sheikh Sabah memposisikan dirinya sebagai mediator untuk perselisihan politik.

Perselisihan tersebut dapat menyebabkan konflik bersenjata. Upaya mediasi tersebut belum menyelesaikan krisis, tetapi dia berhasil membuat Perdana Menteri Qatar berjabat tangan dengan Raja Arab Saudi Salman pada pertemuan di Makkah pada 2019. Pada 2017 juga, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengucapkan terima kasih atas kepemimpinan Kuwait dalam aksi kemanusiaan dalam membantu warga Suriah

Hingga menjelang akhir hayatnya, Sheikh Sabah mendapat penghargaan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 17 September lalu. Dia memberikan Legion of Merit, Panglima Tertinggi atas usahanya dalam menyelesaikan Operasi Pembebasan Irak, Operasi Kebebasan Abadi dan kampanye mengalahkan ISIS. 

-----

Sumber:

aa.com.tr/en/middle-east/profile-kuwait-emir-6-decades-of-benevolent-mediation/1990125

https://www.aljazeera.com/news/2020/9/29/hold-kuwaits-sheikh-sabah-dies-at-the-age-of-91

https://www.bbc.com/news/world-middle-east-54340988

https://reliefweb.int/report/myanmar/kuwait-specializes-usd-15-mln-rohingya

https://www.reuters.com/article/usa-kuwait-emir-int/trump-to-award-kuwaiti-emir-us-legion-of-merit-white-house-idUSKBN2692KX

https://gulfnews.com/world/gulf/kuwait/kuwait-does-what-it-does-best--mediation-1.2063455

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement