REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pembiayaan syariah di Arab Saudi akan mencapai sekitar 80 persen dari seluruh sistem pinjaman dalam 12-18 bulan ke depan, menurut laporan badan pemeringkat kredit Moody's.
Itu sebanding dengan 78 persen pinjaman di Kerajaan pada 2019 dan 70 persen pada 2013.
Moody's mengantisipasi pergeseran ke lebih banyak keuangan yang sesuai dengan syariah selama 12-18 bulan ke depan. Hal itu karena semakin banyaknya perusahaan dan rumah tangga yang menggunakan produk islami, bahkan ketika harga minyak yang rendah dan krisis virus corona menyebabkan tantangan ekonomi.
Arab Saudi memiliki total aset keuangan Islam sebesar 339 miliar dolar AS pada Maret 2020, meninggalkan Malaysia di posisi kedua dengan 145 miliar dolar AS.
“Seperangkat peraturan keuangan Islam yang komprehensif telah mendorong bank-bank Saudi menerbitkan sukuk, produk-produk islami sekarang terdaftar di pasar utama, dan bisnis pembiayaan kembali hipotek Islam telah didirikan,” kata Wakil Senior Analis di Moody's, Ashraf Madani, dilansir di Arab News, Selasa (29/9).
Industri ini selanjutnya akan mendapatkan keuntungan dari peningkatan penerbitan sukuk pemerintah, berpotensi meningkatkan investasi asing yang didukung oleh aturan masuk yang lebih lunak dan pendalaman pasar modal.
Gelombang merger dan akuisisi di seluruh wilayah juga mempercepat penetrasi keuangan Islam.
https://www.arabnews.com/node/1741836/business-economy