REPUBLIKA.CO.ID,KUWAIT -- Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) dengan cepat mengadopsi dan beradaptasi dengan model pembelajaran online - bahkan saat pandemi berada pada puncaknya. Sekarang, dengan ekonomi yang terbuka, wilayah ini memiliki pandangan terbuka tentang penutupan sekolah.
Dilansir dari Arab News, Jumat (10/10), menurut ringkasan kebijakan PBB yang dirilis pada Agustus 2020, wabah virus korona telah menyebabkan gangguan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sistem pendidikan di seluruh dunia, memengaruhi hampir 1,6 miliar siswa di lebih dari 190 negara. Di wilayah MENA saja, pandemi menyebabkan penutupan fasilitas belajar bagi hampir 100 juta siswa berusia antara 5 dan 17 tahun.
Pemerintah di negara yang lebih makmur di kawasan ini dengan cepat memilih beberapa pendekatan multi-modal, kebanyakan online, untuk mengganti waktu kelas yang hilang. Banyak negara seperti UEA, Kuwait, dan Arab Saudi mempromosikan penggunaan platform e-learning, dengan Kerajaan Arab Saudi membuka portal pendidikan nasional Ain untuk lebih dari 6 juta pengguna dan menyediakan 30.000 perangkat untuk siswa yang membutuhkan.
Di Mesir dan Palestina, pemerintah menyediakan kartu SIM gratis bagi siswa dan profesor untuk mengakses platform pembelajaran, sementara operator telekomunikasi di Tunisia dan Maroko menawarkan akses gratis ke portal pendidikan online.
Bahkan saat sekolah mulai dibuka kembali di seluruh dunia, sebagian besar negara di kawasan MENA telah memilih pendekatan yang lebih hati-hati.