IHRAM.CO.ID -- Menjadi Mualaf di Panama tidaklah mudah. Islam di negara yang terletak di Benua Amerika itu kerap diidentikkan dengan teroris dan selalu dipinggirkan.
Apalagi di Panama merupakan negara bekas koloni Spanyol yang terkenal dengan praktik inkuisisinya. Kesulitan itu pula yang dialami mualaf Panama, Ray Henry.
Tumbuh di Kota Colon, kota kedua di Panama, Ray mengucapkan syahadat empat tahun lalu. Awalnya, dia tak tertarik sama sekali dengan Islam yang di negaranya digambarkan begitu buruknya. ''Islam tidak menarik bagi saya karena banyak masukan negatif dari media massa,'' ungkapnya seperti ditulis Aljazeera.
Namun Allah SWT menuntut pria kulit hitam ini untuk menemui Islam secara perlahan. Diawali membaca sebuah selebaran mengenai kehidupan Nabi Muhammad SAW. Dari situ dia mengetahui betapa mulianya sosok sang Nabi.
Hingga suatu ketika, Ray mendatangi sebuah pertemuan besar yang diadakan umat Islam di negaranya. ''Saya mulai bertanya-tanya tentang Islam kepada mereka. Dan saya mulai memahami kebenaran Islam,'' ujar pekerja di Terusan Panama ini.
Saat itu, meskipun terbilang masih baru memeluk Islam, Ray coba aktif dalam komunitas Muslim yang berkembang di Panama. Menurut Direktur Pusat Studi Islam Panama, Abdulkhaber Muhammad, Islam sebenarnya mempunyai akar panjang di Panama. ''Namun dalam sejarahnya, Panama tidak pernah mau mengakui kehadiran Islam,'' ungkapnya.
''Karena Panama merupakan koloni Spanyol, dan jika kita kembali ke masa inkuisisi, banyak Muslim dibunuh dan dipaksa mengubah nama Islam mereka. Di Amerika Latin, Islam merupakan hal yang tabu,'' ujar Abdulkhader.
Masjid yang pertama dibangun di Amerika Tengah diresmikan pada 1982. Masjid itu dibangun dengan didanai pemimpin Libya, Muammar Gaddafi. Sekarang terdapat 10 masjid di seluruh Panama.
Ray dipilih oleh Asosiasi Muslim negaranya untuk menjalankan ibadah haji pada 2010. Dia pun sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin sejak lama. Mulai dari mempelajari ritual haji, bahasa Arab, sampai meminta bimbingan haji dari tokoh Muslim setempat.
Namun keinginannya untuk segera melihat Ka'bah di Masjidil Haram tampaknya masih harus disimpan dulu. Saat itu, visa untuk menuju Arab Saudi tak kunjung selesai. Tak semudah di negara lain yang mengurus visa di negara sendiri, di Panama, Ray harus menitipkan pengurusannya ke Caracas, ibukota Venezuela. Visa haji Panama memang dijamin oleh Caracas.
''Saya akan terus berusaha mewujudkan haji, Insya Allah. Ini berarti saya harus bekerja sedikit lebih keras untuk menyiapkan diri. Tetapi seperti yang saya katakan, saya memahami kehendak Allah, dan aku tidak mempertanyakannya,'' tuturnya.
Sementara jutaan Muslim memulai haji di Makkah, Ray berdoa, sholat, dan ikut menyembelih hewan kurban saat Idul Adha di Colon. Dia pun berniat mencukur rambutnya seperti yang dilakukan jamaah haji untuk menghormati ritual haji di Makkah.
Ray tetap berpikir positip atas cobaan yang diberikan Allah SWT.
* Artikel ini bersumber dari Republika.co.id pada 13 November 2010.