IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Masjid bukan sekadar tempat melakukan ibadah ritual semata. Pada zaman Rasulullah, masjid juga mempunyai banyak fungsi demi kemaslahatan umat.
Tak ada pencinta masjid melebihi Rasulullah SAW. Sang kakek, Abdul Muthalib, sejak semula telah menaruh harapan agar sang cucu kelak yang akan memakmurkan Masjidil Haram. Oleh karena itu, sejak kecil Nabi SAW sudah akrab dengan Baitullah.
Setelah resmi menerima wahyu pertama, Muhammad semakin nyata diperintahkan pulang ke masjid. Saat itu penduduk Makkah ingkar, mereka berdusta, mereka berbuat salah dan dosa.
Tugas dan perintah ini terasa kepada Rasulullah SAW. Dua perkataan yang menggerakkan Nabi SAW tidak dapat melepaskan dirinya dari masjid. Tidak dibolehkan terang-terangan melakukan sembahyang, harus sembunyi-sembunyi. Tidak boleh di dalam masjidil haram. Akhirnya sembahyang dilaksanakan di rumah Arqam bin Arqam di Bukit Safa.
Setelah memiliki kekuatan untuk dakwah secara terang-terangan barulah beliau kalau pergi ke mana-mana mendirikan masjid baik di Makkah maupun di Madinah. Di mana ia dan rombongan sampai, bukan rumah tempat tinggal yang terpikir olehnya lebih dahulu, tetapi yang pertama dicarinya ialah masjid, tempat ia meletakkan dahi ke tanah sujud kepada Tuhannya. Ditunjukkannya dengan membangun masjid pertama kali yakni Masjid Quba ketika beliau dalam perjalanan hijrah ke Madinah.
Pada waktu mendirikan Masjid Quba, Nabi Muhammad SAW menunjukkan suri teladan dan kerja sama. Beliau turut mengangkat batu, sehingga tampak pada wajahnya yang mulia bekas letih bekerja berat. Tanda kiblat yang menjadi tujuan arah shalat pun hari itu dibuat oleh beliau sendiri dari batu-batu bata yang dimintanya dari penduduk Quba.
Yang pertama kali meletakkan batu di mihrab adalah Rasulullah SAW sendiri, kemudian disusul berturut-turut Abu Bakar, Umar, dan Usman. Siapakah yang dapat menyangka bahwa urutan peletakan batu kiblat ini ada hubungannya kemudian dengan sejarah pengangkatan khulafaur rasyidin.
Meskipun sangat sederhana, Masjid Quba boleh dianggap sebagai contoh bentuk dari pada masjid-masjid yang didirikan orang di kemudian hari. Bangunan yang sangat bersahaja itu sudah memenuhi syarat-syarat yang perlu untuk pendirian masjid. Ia sudah mempunyai suatu ruang yang persegi empat dan berdinding di sekelilingnya.
Di sebelah utara dibuat serambi untuk tempat sembahyang yang bertiang pohon kurma, beratap datar dari pelepah dan daun kurma, bercampurkan tanah liat. Di tengah-tengah ruang terbuka dalam masjid yang kemudian biasa disebut sahn, terdapat sebuah sumur tempat wudu, mengambil air sembahyang. Kebersihan terjaga, cahaya matahari dan udara dapat masuk dengan leluasa.
Masjid bukan sekadar tempat melakukan ibadah ritual semata. Pada zaman Rasulullah, masjid juga mempunyai banyak fungsi demi kemaslahatan umat. Masjid juga dibangun tak jauh dari lokasi aktivitas sosial umat. Masjid di samping tempat menyelesaikan berbagai persoalan umat juga menjadi pusat pemberdayaan masyarakat.
Masjid digunakan sebagai tempat membangun ekonomi dan kesejahteraan melalui baitulmal, dari masjid dikembangkan berbagai kegiatan yang mengarah pada terwujudnya masyarakat madani.