IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Sebelum kedatangan dakwah Nabi Muhammad SAW, masyarakat Arab Makkah terbiasa menyembah berhala di sekitar Ka’bah. Mereka berargumentasi hal itu dilakukan karena mengikuti agama nenek moyang yang bersumber dari Ibrahim, dan klaim tersebut tak terbukti kebenarannya.
Dalam buku Sejarah Islam yang Hilang karya Firas Alkhateeb dijelaskan, menjelang kedatangan Nabi Muhammad SAW, terdapat 360 berhala yang dipertuhankan oleh masyarakat Arab Makkah di Ka’bah. Pesan dan ajaran Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail memang tak seluruhnya hilang dari ingatan orang Arab, namun mereka justru menampilkan Tuhan dalam bentuk berhala.
Sistem ini pun disebut sebagai sistem kepercayaan yang melenceng jauh dari monoteisme ketat yang diajarkan kedua Nabi tersebut serta mencerminkan pengaruh agama Sumeria ke bagian utara. Masyarakat Kristen dan Yahudi yang terisolasi masih ada di Semenanjung Arab dan juga menghormati nabi-nabi tersebut.
Penganut monoteisme yang tersebar di Arab cenderung menghindari asimilasi penuh dengan penganut politeisme Arab dan malah menciptakan masyarakat yang picik. Setelah Islam datang dengan hadirnya dakwah Nabi, ajaran monoteisme mulai ‘diluruskan’ kembali dengan hanya mempercayai Tuhan Yang Agung yakni Allah SWT.
Manusia dilarang untuk mempercayai patung-patung yang dibuat sendiri sebagai Tuhan. Tentunya, dakwah Nabi untuk memperjuangkan kembali ajaran monoteisme Nabi Ibrahim dilakukan dengan cara-cara strategis yang akhirnya dapat diterima secara luas oleh masyarakat Arab secara berangsur-angsur. Bahkan hingga kini, ajaran ini pun menyebar luas ke dunia.