IHRAM.CO.ID, SYDNEY -- Sedikit penabung salah, banyak penabung juga jadi masalah. Kira-kira seperti inilah bisnis industri perbankan di era pandemi corona sekarang ini.
Lihat saja sistem perbankan di Australia yang mengeluh karena terlalu banyak uang daripada yang dapat digunakannya. Ini menjadi sebuah tantangan yang kemungkinan akan tumbuh pekan depan dan bank sentral diperkirakan akan memangkas suku bunga mendekati nol dan meningkatkan jumlah obligasi yang dibelinya.
Di saat mencoba keluar dari resesi yang disebabkan Covid-19, otoritas fiskal dan moneter telah memompa miliaran dolar uang tunai ke dalam perekonomian, memangkas suku bunga ke rekor terendah, dan memperkenalkan skema subsidi upah. Sebagai tindak lanjut juga sedang direncanakan untuk memicu permintaan kredit, termasuk membatalkan undang-undang responsible lending.
Pada Selasa (3/11), Bank Sentral Australia diperkirakan akan memangkas suku bunga tunai menjadi hanya 0,1 persen dan meningkatkan pembelian obligasi. Tetapi bankir Australia tidak membutuhkan semua uang itu.
"Ada semua likuiditas yang mengalir di sekitar dan saya tidak memiliki banyak kegunaan produktif untuk itu, karena orang tidak menginginkannya," kata CEO Australia and New Zealand Banking Group, Shayne Elliott dikutip Reuters, Jum’at (30/10).
Rasio utang terhadap pendapatan Australia berada pada rekor tertinggi mendekati 200 persen dibandingkan dengan tingkat median kurang dari 150 persen untuk 22 negara maju. Hal ini menjadi salah satu alasan peminjam enggan untuk meminjam lebih banyak.
“Uang pada dasarnya gratis hari ini. Menjadikannya lebih gratis tidak benar-benar mengubah apa pun,” kata Elliott, setelah mengumumkan penurunan laba sebesar 40 persen.
Data resmi menunjukkan, margin bunga bersih, ukuran utama profitabilitas bank, telah menyusut dari lebih dari 3 persen pada awal 2000-an untuk empat pemberi pinjaman utama, dan sekrang menjadi sedikit di atas 2 persen.
Para bankir mengatakan, terjadinya penurunan suku bunga dan uang ekstra dari RBA kemungkinan tidak akan memacu permintaan kredit. Namun, suku bunga rendah dan program pembelian obligasi bank sentral akan membantu menjaga biaya pelayanan tetap rendah bagi pemerintah. Hutang kotor negara terlihat melebihi 1 triliun dolar Australia untuk tahun fiskal berikutnya.
Pada puncak pandemi, pertumbuhan kredit di Australia menyusut karena pekerja dan bisnis menimbun uang tunai, dan bank menjadi lebih menghindari risiko. Pembayaran kembali untuk hampir satu dari setiap 10 dolar dalam buku pinjaman mereka dibekukan di bawah program penahanan.
Kredit perumahan telah pulih, dengan data terbaru menunjukkan pertumbuhan tahunan 3,3 persen pada September, lebih tinggi dari 3,1 persen pada Januari. Di sisi lain, Reserve Bank of Australia (RBA) berpendapat bahwa ekonomi 2 triliun dolar Australia mungkin telah berkembang pada kuartal September.
Namun prospek keseluruhan masih suram, dengan kegagalan bisnis diperkirakan akan meningkat dan pengangguran kemungkinan besar akan tetap tinggi untuk waktu yang lama.
BACA JUGA: Akhirnya, Macron Klarifikasi Ucapannya yang Menghina Umat Islam