IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Maskapai Garuda Indonesia memahami kebijakan Arab Saudi tak melibatkan masakapai lain menerbangkan jamaah umroh perdana untuk jamaah asing. Pada penerbangan umroh pertama di masa pandemi Covid-19 hanya maskapai Nasional Arab Saudi yakni Saudi Airlines yang dipakai mengangkut jamaah.
"Ya, kami memahami mereka mau uji coba terlebih dahulu," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra saat dihubungi, Rabu (4/11).
Irfan memastikan sebagai maskapai milik negara di bawah Kementerian BUMN, garuda siap terbangkan jamaah umroh dengan protokol kesehatan. Namun untuk penerbangan umroh di masa pandemi ini maskapai juga harus ikut aturan Arab Saudi demi tidak terpapar virus Covid-19.
"Kita kapan saja siap (terbangkan jamaah)," katanya.
Untuk itu kata Irfan pihak maskapai Garuda Indonesia menunggu Pemerintah Arab Saudi izinkan maskapai lain termasuk Garuda menerbangkan jamaah umrah ke Bandara-bandara Internasional Arab Saudi. Karena, urusan penyelenggaraan umroh di masa pandemi ini pihak Arab Saudi memiliki kewenangan penuh.
"Tunggu pemerintah Saudi kasih izin," katanya.
Irfan mengaku belum tahu pasti sampai kapan Pemerintah Arab Saudi hanya mengunggunakan maskapai nasionalnya untuk terbangkan umrah. Namun berdasarkan informasi, maskapai lain boleh angkut jamaah umroh pada bulan Januari.
"Katanya maskapai lain baru bokeh 1 Januari," katanya.
Sebelumnya Konjen RI Jeddah Eko Hartono mengatakan, jamaah umroh perdana asal Indonesia terbang menggunakan maskapai Saudi Airlines. Pemerintah Arab Saudi belum memberikan kesempatan maskapai lain termasuk Garuda Indonesia boleh menerbangkan jamaah umroh di masa pandemi.
Atas keputusan itu kata Eko KJRI sebagai perwakilan pemerintah telah menyampaikan keberatan kenapa hanya Saudi Airlines yang boleh menerbangkan jamaah umrah. Ia berharap, semoga dalam beberapa hari ke depan akan ada pemberitahuan dari Arab Saudi untuk izinkan maskapai lain ikut angkut jamaah.
"Kami sudah protes dan berupaya supaya maskapai Indonesia bisa ikut," ujarnya.
Eko mengakui pihak Pemerintah Arab Saudi menerima masukan dari perwakilan negara lain yang menyampaikan keberatan kenapa hanya maskapai Saudi Airlines yang dibolehkan bahwa jamaah umroh.
"Mereka paham dan bisa mengerti karena memang tidak adil. Negara-negara lain juga protes," katanya.
Kemungkinan kata dia, ada masalah koordinasi kenapa hanya satu maskapai yang digunakan Pemerintah Arab Saudi mengangkut jamaah umroh. Bahkan maskapai Saudi lain seperti Flynas dan Flydeal juga protes karena tak dapat jatah terbangkan jamaah umroh.
"Sepertinya ada kurang koordinasi antara kemenhaji dan umroh dengan instansi lainnya sehingga yang muncul di aplikasi hanya Saudi Airlines," katanya.
Eko menuturkan, KJRI memahami bahwa dalam penerbangan perdana masih ditemui hal-hal yang mungkin kurang nyaman bagi jamaah. Misalnya, jelang keberangkatan seperti tes PCR harus ke suatu tempat yang ditunjuk, info masih simpang siur, visa yang keluarnya mendesak dan sebagainya. "Namun semoga itu jadi bahan review sehingga selanjutnya lebih baik," katanya.