IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pada kuartal ketiga pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali mengalami kontraksi sebesar -3,49 persen secara tahunan (year on year).
Dengan demikian Indonesia pada kuartal ketiga berada pada fase resesi setelah pertumbuhan pada kuartal kedua lalu terkontraksi -5,32 persen.
Sedangkan sejak awal tahun hingga kuartal ketiga, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi -2,03 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu.
Ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga berdasarkan harga konstan (ADHK) sebesar Rp2.720,6 triliun, sementara atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp3.894,7 triliun.
Meskipun kembali resesi, namun Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kondisi pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga mulai mengalami perbaikan dari kuartal sebelumnya.
“Pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga bila dibandingkan dengan kuartal kedua mengalami peningkatan 5,05 persen,” jelas Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Kamis.
Kemudian secara kumulatif dari kuartal pertama hingga ketiga, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami kontraksi bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar minus 2,03 persen.
Suhariyanto menjabarkan berdasarkan 17 lapangan usaha pembentuk pertumbuhan ekonomi, sebanyak 7 jenis lapangan usaha mengalami pertumbuhan yang positif secara tahunan.
Ketujuh jenis lapangan usaha tersebut antara lain pertanian 2,15 persen, informasi komunikasi 10,61 persen, administrasi pemerintahan 1,86 persen, jasa pendidikan 2,44 persen, real estat 1,98 persen, jasa kesehatan 15,33 persen, dan pengadaan air 6,04 persen.
Sementara 10 lapangan usaha lainnya masih mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan seperti industri pengolahan minus 4,31 persen, perdagangan minus 5,03 persen, pertambangan minus 4,28 persen, dan transportasi pergudangan minus 16,7 persen.
Kemudian berdasarkan kelompok pengeluaran, hanya konsumsi pemerintah yang mengalami pertumbuhan positif secara tahunan sebesar 9,76 persen akibat dari besarnya realisasi penyaluran dana bantuan sosial.
Pertumbuhan konsumsi pemerintah membaik dari kuartal kedua lalu yang minus 6,9 persen.
Sementara konsumsi rumah tangga masih terkontraksi -4,04 persen secara tahunan pada kuartal ketiga tahun ini.
“Konsumsi rumah tangga masih terkontraksi, tapi tidak sedalam pada kuartal kedua lalu yang terkontraksi -5,52 persen,” tambah Suhariyanto.
Kemudian, pada kelompok pengeluaran investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada kuartal ketiga masih terkontraksi 6,48 persen secara tahunan, mulai membaik dari kuartal lalu yang terkontraksi 8,61 persen.
Ekspor pada kuartal ketiga juga masih terkontraksi 10,82 persen membaik dari kuartal kedua yang terkontraksi 11,68 persen.
Selanjutnya, impor pengalami kontraksi yang jauh lebih dalam dari kuartal kedua lalu dengan pertumbuhan minus 21,86 persen pada kuartal ketiga dibandingkan pertumbuhan pada kuartal kedua lalu yang minus 16,98 persen.
Kemudian, pertumbuhan lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) pada kuartal ketiga mengalami kontraksi 2,12 persen membaik dari kontraksi kuartal kedua yang sebesar 7,75 persen.
Suhariyanto menjelaskan struktur PDB Indonesia dari sektor pengeluaran tidak banyak berubah karena 88,4 persen PDB berasal dari konsumsi rumah tangga, investasi, dan konsumsi pemerintah.
“Selama pertumbuhan 3 komponen ini masih terganggu, secara total pertumbuhan kita masih akan rendah,” imbuh dia.
Suhariyanto menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga sejalan dengan kondisi beberapa negara lainnya yang mulai membaik bila dibandingkan kuartal kedua lalu.
Beberapa negara mitra dagang utama Indonesia mulai mengalami perbaikan pertumbuhan seperti Singapura yang pada kuartal ketiga tumbuh minus 7 persen, membaik dari kuartal kedua yang tumbuh minus 13,3 persen.
Kemudian, pertumbuhan Amerika Serikat juga mulai membaik dengan tumbuh minus 2,9 persen pada kuartal ketiga dibandingkan kuartal kedua lalu yang terkontraksi 9 persen.
Suhariyanto mengatakan beberapa negara mitra dagang Indonesia mulai mengalami pertumbuhan positif seperti China yang pada kuartal ketiga tumbuh 4,9 persen membaik dari kuartal kedua yang sebesar 3,2 persen.
Begitupun Vietnam kembali mengalami pertumbuhan positif 2,6 persen setelah pada kuartal lalu tumbuh hanya 0,4 persen.