Jumat 06 Nov 2020 09:17 WIB

Trump Nyatakan Pilpres AS Dicuri, Biden Dekati Kemenangan

Pilpres AS cermin masyarakat yang terbelah dengan akut

Unggahan sebuah laman soal Trum yang di turunkan Facebook
Foto:

Pernyataan Trump mengikuti serangkaian posting Twitter dari Trump pada hari sebelumnya yang menyerukan penghitungan suara untuk dihentikan. Dan kini tertinggal dari Biden di cukup banyak negara bagian untuk menyerahkan kursi kepresidenan kepada Demokrat.

Kampanye Trump, sementara itu, mengejar banyak tuntutan hukum di Georgia, Michigan, Nevada dan Pennsylvania, meskipun hakim di Georgia dan Michigan dengan cepat menolak tantangan tersebut. Pakar hukum mengatakan kasus-kasus itu kecil kemungkinannya mempengaruhi hasil pemilu.

Biden menulis di Twitter tak lama setelah kemunculan Trump di Gedung Putih, "Tidak ada yang akan mengambil demokrasi kami dari kami." Dalam sambutan sebelumnya dari kampung halamannya di Wilmington, Delaware, Biden menyatakan keyakinannya bahwa dia akan menang dan mendesak ketenangan saat suara dihitung.

"Demokrasi terkadang berantakan," kata Biden. "Kadang-kadang dibutuhkan sedikit kesabaran juga. Tapi kesabaran itu telah dihargai sekarang selama lebih dari 240 tahun dalam sistem pemerintahan yang membuat iri dunia."

Jajak pendapat baru Reuters / Ipsos menunjukkan mayoritas bipartisan orang Amerika menolak deklarasi kemenangan prematur Trump dan mendukung penghitungan semua suara.

Pemilu yang ketat menggarisbawahi perpecahan politik yang mendalam di negara itu. Sementara penghitungan lambat jutaan surat suara yang masuk berfungsi sebagai pengingat pandemi mematikan yang terus menjungkirbalikkan kehidupan Amerika.

Biden, jika dia menang, bagaimanapun akan gagal menyampaikan penolakan besar-besaran kepada Trump yang diharapkan Demokrat. Dan ini memang mencerminkan dukungan mendalam yang dinikmati presiden meskipun empat tahun masa jabatannya akan penuh gejolak. Pengaruh Trump pada Partai Republik akan tetap kuat, bahkan jika dia kalah dalam pemilihan yang ketat.

Pemenang pilpres AS ini akan menghadapi pandemi yang telah menewaskan lebih dari 234.000 orang Amerika dan membuat jutaan lainnya kehilangan pekerjaan. Bahkan situasi ini terjadi ketika negara itu masih bergulat dengan akibat kerusuhan selama berbulan-bulan atas hubungan ras dan kebrutalan polisi AS.

Biden memimpin Trump dengan lebih dari 3,9 juta suara populer nasional, meskipun itu tidak berperan dalam menentukan pemenang. Trump kehilangan suara populer sekitar 3 juta dari Demokrat  saat pencalonan Hillary Clinton pada tahun 2016. Kala itu dia mendapatkan kemenangan yang mengecewakan dengan memenangkan negara-negara bagian utama di Electoral College.

Trump kini mencoba untuk menghindari menjadi presiden AS petahana pertama yang kalah dalam pemilihan ulang sejak rekan Republik George H.W. Bush pada tahun 1992.

Trump, yang sering menikmati perselisihan hukum selama karier bisnisnya yang bergejolak, kini masih berada di Gedung Putih sembari mengerjakan telepon dan memantau perkembangan di televisi, kata dua penasihat Trump. Dia juga telah berbicara dengan gubernur negara bagian serta teman dekat dan pembantunya dan mengirim beberapa penasihat terdekatnya ke lapangan untuk memperjuangkannya.

"Trump sangat terlibat, dia memantau, berbicara dengan semua negara bagian. Kelihatannya memang tidak bagus tapi orang ini ingin terus berjuang. Dia sedang dalam mood bertengkar sekarang. Dia tidak melankolis atau sedih. Tapi jalannya semakin sulit,'' kata seorong pesihat kepercayaannya,

Twitter dan Facebook telah menandai banyak postingan dari Trump sejak Hari Pemilihan sebagai menyesatkan.

Retorika Trump telah mendapatkan daya tarik dari beberapa pendukung. Sebuah grup Facebook bernama "Hentikan Pencurian" mendorong klaim palsu penipuan pemilih yang memperoleh ratusan ribu anggota pada hari Kamis. Namun setelah itu 'raksasa' media sosial itu menurunkan halaman tersebut, dengan alasan seruan untuk kekerasan.

Pendukung kedua kandidat juga mengadakan protes kecil di luar pusat pemungutan suara pada hari Kamis, meskipun demonstrasi sebagian besar berlangsung damai.

Trump, yang selama kampanye panjang dan kasar menyerang integritas sistem pemungutan suara AS, sekali lagi menuduh kecurangan pemungutan suara tanpa memberikan bukti, mengajukan tuntutan hukum dan menyerukan setidaknya satu penghitungan ulang negara.

Kampanye Trump menyerukan penghitungan ulang di Wisconsin, di mana Biden memimpin sekitar 21.000 suara dari 3,3 juta suara. Selisih ini cukup tipis dan bisa memberinya hak untuk penghitungan ulang. Namun, para ahli pemilu mengatakan penghitungan ulang di Wisconsin dipandang tidak mungkin mengubah hasil.

 

Kampanye Trump mengumumkan rencana untuk mengajukan gugatan Nevada yang menuduh serangkaian ketidakberesan dalam pemilihan umum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement