IHRAM.CO.ID,MATARAM -- Pesona Desa Wisata Bilebante Lombok Tengah dan Desa Wisata Sembalun Lombok Timur dipromosikan melalui video dalam ISED Dialogue Forum 2020 yang digelar Kementerian PPN/Bappenas bersama Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) secara virtual, Senin (9/11).
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM, Victoria Simanungkalit mengatakan model bisnis inklusif yang melibatkan banyak pihak dan stakeholders bisa menjadi model pengembangan industri UMKM dan juga pariwisata ke depan.
"Masyarakat atau komunitas pariwisata di desa misalnya, bisa memiliki kemampuan mempromosikan dan memasarkan potensinya secara berkelanjutan," katanya dalam keterangan tertulis diterima wartawan di Mataram.
Ia menyampaikan sektor pariwisata dan UMKM memang yang paling terdampak di masa pandemi saat ini. Berbeda dengan krisis moneter 1998 dimana UMKM justru mampu bertahan dan bertumbuh, pandemi memiliki tantangan tersendiri.
Namun, menurutnya, masih banyak juga industri dan UMKM yang bisa bertahan. Terutama bagi mereka yang bisa mendorong pemanfaatan teknologi digital dan mampu beradaptasi dengan masa pandemi.
"UMKM banyak yang tumbuh, misalnya kuliner. Adaptasi bagaimana kuliner yang sehat dan pemasaran melalui digital sangat membantu," katanya.
Victoria mengatakan, saat ini pemerintah tengah gencar mendorong pemanfaatan digital. Model bisnis inklusi akan semakin membantu tercapainya sasaran.
"Bisnis inklusi ini berbeda dengan program CSR yang lebih dominan ke bantuan sosial. Dengan model bisnis inklusi maka semua pihak dapat saling mendukung, karena di dalamnya ada peningkatan kapasitas SDM, produksi, dan rantai pemasaran yang berkesinambungan," ujarnya.
Piramida ekonomi dasar
Country Director GIZ for Indonesia, ASEAN and Timor Leste, Martin Hansen mengatakan kebanggaannya atas capaian program ISED di Lombok, Indonesia. Diharapkan program kemudian bisa diaplikasikan di daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Direktur Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bappenas, Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo menjelaskan melalui forum diskusi ini keberlanjutan manfaat kerja sama antara seluruh mitra dalam implementasi proyek melalui pendekatan bisnis inklusif di sektor pariwisata di Lombok perlu dipupuk dan ditingkatkan ke skala nasional dan kebijakan.
"Sebab, pariwisata menjadi salah satu sektor pilihan dan andalan dalam pembangunan ekonomi yang paling layak dan berkelanjutan," katanya.
Principal Advisor Project ISED, Ruly Marianti mengatakan bisnis inklusif merupakan suatu pendekatan di mana masyarakat yang berada di piramida ekonomi yang paling dasar, turut diikutsertakan dalam satu mata rantai usaha suatu perusahaan atau entitas usaha, baik sebagai pemasok, distributor, retailer dan konsumen yang bertujuan pada perubahan dan peningkatan ekonomi bagi kedua belah pihak.
"Seluruh kerja sama dalam proyek ISED diimplementasikan dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan yang datang dari sektor swasta, publik serta akademisi guna memastikan hasil capaian yang maksimal. Proyek ISED berupaya menghadapi tantangan dari sisi permintaan (demand side) dengan berkerja secara erat dengan mitra dari sektor swasta," katanya.
Ketua Desa Wisata Hijau Bilebante, Lombok Pahrul Azim mengatakan Desa Bilebante sangat terbantu dengan implementasi proyek-proyek kerja sama bilateral Indonesia-Jerman.
akan memasuki tahun yang keempat dan terakhir pada Juni 2021.