IHRAM.CO.ID, Sejumlah minimarket di Palembang, Sumatera Selatan menggelar aksi boikot produk Prancis sebagai respons pernyataan anti Islam Presiden Emmanuel Macron.
Di Palembang, aksi ini dilakukan oleh 212 mart yang memiliki sejumlah cabang di seluruh kota.
“Aksi boikot ini dilakukan akibat pernyataan Marcon dan serempak dilakukan di tujuh gerai 212 mart,” ujar Jani, kepala toko 212 Mart kepada Anadolu Agency di Palembang pada Senin lalu, seperti dikutip dari laman Anadolu Agency.
Jani mengatakan produk-produk Prancis yang diboikot antara lain minuman, susu, dan kosmetik.
Barang-barang tersebut, kata Jani, ditarik dari display dan disimpan dalam gudang agar tidak dibeli konsumen.
“Boikot ini dilakukan selama seminggu, tapi diperpanjang atau tidak, tergantung dari kondisi,” ucap Jani.
Sebelumnya di Jawa Timur dan Kalimantan Barat, toko Basmalah menarik produk-produk Prancis dari 180 outletnya untuk dimasukkan ke dalam gudang.
Toko Basmalah merupakan minimarket milik masyarakat yang tergabung dalam Koperasi Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
“Toko kami lahir dan besar dari pesantren. Kami sebagai santri ingin menjadi muslim yang baik dan benar. Tidak abu-abu,” ujar Edy kepada Anadolu Agency pada Rabu.
Sementara itu, Indaragiri Mart, supermarket yang terletak di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau juga ikut memboikot produk-produk Prancis.
Di Indragiri Mart, beberapa produk Perancis yang sudah terlanjur terpajang diberi label dan pengumuman bahwa produk tersebut tidak dijual, hingga waktu yang tidak ditentukan.
Pekan lalu, ribuan demonstran memadati Kedutaan Besar Prancis di Jakarta dan Konsulat Jenderal Prancis di Surabaya mengecam pernyataan Presiden Emmanuel Macron yang dinilai anti Islam.
Demonstrasi juga berlangsung di kota-kota besar Indonesia antara lain Medan, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Solo, dan Makassar.
Awal bulan ini, Macron menggambarkan Islam "dalam krisis", dan mengumumkan rencana menerbitkan undang-undang untuk menangani apa yang disebutnya "separatisme Islam" di Prancis.
Ketegangan semakin meningkat setelah pembunuhan seorang guru sekolah Prancis setelah dia menunjukkan kepada siswanya kartun Nabi Muhammad di salah satu kelasnya tentang kebebasan berekspresi.
Kartun penghinaan oleh Charlie Hebdo juga dipajang pada bangunan di beberapa kota.
Awal tahun ini, majalah tersebut menerbitkan ulang kartun yang menghina Islam dan Nabi Muhammad.