IHRAM.CO.ID, -- Perdebatan mengenai apakah Diego Maradona adalah pemain terbaik yang pernah ada di dunia akan kembali hidup. Ini terjadi seiring dengan berita kematiannya pada usia 60 pada hari Rabu kemarin (25/11).
Namun, para penggemar Saudi yang beruntung yang melihatnya beraksi di Jeddah pada tahun 1987 pasti akan bersikeras bahwa dia adalah yang terhebat. Bahkan mereka yang tidak akan bergabung dengan dunia Arab berduka atas kehilangan Argentina.
Maradona terkenal secara internasional karena memimpin Argentina meraih kemenangan di Piala Dunia 1986 ketika dia berada di puncak penampilannya. Penampilannya di Meksiko tidak akan pernah dilupakan. Apalagi wasit yang kala itu memimpin pertandingan antara Inggris melawan Argentina adalah wasit dari Arab, Ali Bennaceur.
Bahkan, Maradona setahun kemudian ketika berada di Jeddah sempat mengenakan kaos Al-Ahli adalah sesuatu yang perhelatan istimewa. Dia kala itu telah ikut bergabung untuk membantu merayakan ulang tahun ke-50 klub dalam pertandingan eksibisi melawan Brondby dari Denmark.
Napoli, sebagai tempat dia bermain setiap minggu, kala itu sempat sangat tidak senang bahwa aset bintang mereka menuju ke Arab Saudi. Mereka ketakutan atas kemungkinan bila dia cedera. Tetapi macaradona acuh saja. Dia tetap saja melakukan apa yang diinginkannya, di dalam dan di luar lapangan. Apalagi kala itu dengan pergi ke Jeddah dia mendapat bayaran selangit, sampai 100.000 dolar AS. Bagi Maradona itu jelas terlalu bagus. Maka dia tak mungkin menolak.
Dan terinspirasi oleh kehadiran sang bintang, kala itu Al-Ahli mampu mengalahkan lawan mereka yang datang dari Eropa 5-2. Tiga gol dibuat oleh pemain Amerika Selatan dan Mardona yang ikut bergabung sempat mencetak dua lainnya.
Keterangan foto: Tayangan televisi kala Maradona ketika bermain bersama tim sepakbola di Arab Saudi.
Gol untuk Al Ahli itu Maradona ciptakan melalui dua aksinya. Yang pertama adalah lewat tendangan lob yang gemilang dan memapu melewati kiper Denmark. Gol keduanya dilakukan melalui tendangan biasa. Aksi ini jelas mengirim pesan ke rumah para pemirsa televisi Arab Saudi kegembiraan. Mereka sangat kegirangan. Di situlah para pemirsa di kawasan Arab Saudi merasa dan melihat bila Maradona hebat bukan hanya pada keterampilan, tetapi kecintaan pada sepak bola yang menggetarkan.
Maradona hanya mencetak satu gol melawan tim Eropa tersebut. Namun, sikap yang gembira menjalar ke kawasan Arab lain. Ini terjadi saat Maradona bereksebisi ke Maroko.
Di Maroko, ternyata penggemar team sepakbola Maroko tidak akan keberatan bahwa pertahanan kala gawangnya dijebol atau dilanggar oleh sang maestro. Kisah ini terjadi pada dalam pertandingan persahabatan tahun 1994 melawan Argentina. Gawang tim sepakbolanya dibobol Maradona malah, tapi mereka berteriak-teriak dan menyambutnya dengan suka-cita.
Uniknya, gol di Maroko itu adalah salah satu gol terakhirnya untuk negaranya. Dia kemudian gagal dalam tes narkoba di Piala Dunia berikutnya. Dan semenjak itulah Maradona tidak pernah bermain di panggung internasional lagi.