Jumat 04 Dec 2020 05:37 WIB

Mengapa China Lebih Dekat dengan Negara Islam, Bukan Barat?

Hegemoni Barat mulai runtuh dan China mulai menguasai dunia

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Elba Damhuri
Pada 16 September 2018, bendera Amerika ditampilkan bersama dengan bendera Cina di atas becak di Beijing. Pada hari Jumat, 24 Juli 2020, Cina telah memerintahkan Amerika Serikat untuk menutup konsulatnya di kota Chengdu bagian barat dalam konflik diplomatik yang semakin sengit. Perintah itu mengikuti penutupan AS dari konsulat China di Houston.
Foto:

Gelombang normalisasi hubungan diplomatik baru-baru ini antara Israel dan monarki Arab garis keras telah membawa dunia Muslim ke politik pembangunan aliansi baru di wilayah tersebut. 

 Yang jelas sekarang adalah bahwa dunia Muslim telah kehilangan kepercayaannya pada Barat dan dekadensi bertahap pengaruh Barat telah menciptakan kekosongan kekuasaan; sementara secara bersamaan, dorongan untuk tumbuh dan berkembang secara ekonomi dari dalam adalah mencari kemitraan patronisasi yang andal dari luar.   

 Ada argumen kuat yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut secara positif. Pertama, kehausan China yang tak terpuaskan akan energi mendorongnya untuk menjangkau negara-negara Muslim yang kaya minyak di sekitarnya. Terlepas dari kesepakatan perdagangan China yang terus meningkat, China sangat bergantung pada gas dan minyak bumi di negara-negara Muslim di Semenanjung Arab, di Iran dan Asia Tengah. 

Negara-negara Muslim Asia Selatan dan Tenggara yang juga merupakan pemasok bahan mentah yang sangat besar serta pasar untuk produk-produk industri Cina. Ketergantungan pada negara-negara ini diimbangi dengan meningkatkan investasi China di negara-negara tersebut juga. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement