IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Warga Arab Saudi yang memiliki minat pada warisan budaya telah membantu merestorasi (memulihkan) istana dan bangunan arkeologi, serta benteng bersejarah di 13 lokasi di seluruh Kerajaan.
Mereka melakukannya karena keyakinan bahwa situs dan bangunan arkeologi berisi dongeng yang berfungsi sebagai ikon budaya untuk periode yang penting dalam sejarah peradaban di Kerajaan. Pekerjaan tersebut dilakukan guna menegaskan kedalaman warisan budaya Arab.
Dilansir di Arab News, Rabu (16/12), sejumlah upaya warga tersebut di antaranya memulihkan situs seperti masjid bersejarah, istana tempat tinggal, gedung pemerintah, benteng militer, gudang dan menara.
Keturunan Mohammed dan Abdul Aziz bin Abdul Aziz Al-Madi termasuk di antara mereka yang memulai memulihkan Istana Al-Madi yang bersejarah. Istana tersebut merupakan markas besar kerajaan di Raudat Sudair, Riyadh. Contoh dari arsitektur Najdi ini dibangun pada 1815.
Mengenai kota bersejarah Jeddah, warga dan pengusaha Mohammed Abdullah Sharbatly dan putranya Saiful Islam memulihkan "Rumah Sharbatly" bersejarah, yang dibangun oleh Sharif Abdul Ilah Muhanna Al-Abdaly pada 1917.
Di lingkungan Al-Sour di distrik bersejarah Yanbu, "Dar Al-Zamai" telah terabaikan selama lebih dari 45 tahun sampai keluarga Al-Zamai mulai memulihkannya pada 2015. Hal serupa dilakukan oleh Youssef bin Ali Al-Zunaidi, yang mulai merestorasi 'Rumah Warisan Al-Zunaidi' di Unaizah, Qassim, yang dianggap sebagai salah satu pondok pedesaan paling terkenal, yang dibangun 200 tahun lalu.
Provinsi Al-Ahsa terkenal dengan beberapa bangunan arkeologi dan sejarahnya. Hal itu membuat Abdul Aziz bin Mohammed Al-Abdulqader merestorasi salah satu rumah warisan sejarah dan mengubahnya menjadi "Hotel Al-Koot".
Pada jarak 16 km dari Abha berdiri tiga kastil dengan pemandangan menawan menghadap ke daerah tersebut, karena dibangun di kaki salah satu gunung Asir. Dipulihkan oleh Abdul Aziz Laheq Abou Sarrah, kastil ini dikenal sebagai "Kastil Abou Sarrah".
Syekh Nahar bin Abdul Karim Al-Rumman memugarnya dengan bahan-bahan alami yang tersedia pada saat itu, kemudian menjadikannya model arsitektur tradisional yang realistis dan langka pada abad terakhir.
Di Hail, Saud Al-Nayef Al-Shamri memulihkan "Museum dan Kastil Warisan Al-Nayef," yang dianggap sebagai salah satu rumah lumpur tertua. Pada 1758, kastil itu menerima wisatawan dari Hail hingga Al-Jouf, dan kemudian diubah menjadi museum. Bangunan itu menjadi sebuah monumen di Hail karena berisi lebih dari 2.165 barang antik.
Selanjutnya, Sultan Oqab Al-Shamri mengambil alih restorasi bangunan adat di desa Luqa di Rafhaa di provinsi Perbatasan Utara. Bangunan tersebut merupakan pusat perdagangan selama awal pemerintahan Saudi.
Sheikh Ahmed Zaher Al-Mishnawi dan anak-anaknya juga mengambil bagian dalam inisiatif ini dan memulihkan desa warisan Al-Shiba di Fayfa. Adapula "Istana Sumaida" di Najran, yang konstruksinya sudah berusia lebih dari 200 tahun, dipulihkan oleh Mehdi Maneh Dohan Saudi dan keluarga Al-Dohan.
Dengan sumbangan dari Saud Al-Zahrani, pewaris Abdullah Binyan, Mohammed Al-Qanout, Dr. Mohammed Jamah, Ali Sarhan dan Saeeda Gharsan, bangunan dan benteng warisan sejarah di 'Benteng Bakhrush bin Alas' di desa Al- Hassan di Al-Baha juga telah dipulihkan.
Kemudian, ada Nawwaf Al-Fendi yang merestorasi bangunan arkeologi di desa Qarqar di Al-Qurayyat, Al-Jouf yang dikenal sebagai "Istana Bandar Al-Fendi," yang dibangun pada 1921.