IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kisah pertobatan Samir hingga menjadi seorang Muslim bersifat intelektual dan juga emosial. Sebelum menjadi seorang Mualaf, Samir sempat menjadi seorang komunis dan mengagumi negara-negara yang menganut ideologi sayap kiri tersebut.
Samir lahir dari keluarga yang cukup kaya, sehingga ia mampu menempuh pendidikan hingga ke tingkat universtias. Ibunya adalah seorang Kristen yang kemudian menjadi ateis, sedangkan ayahnya memiliki keyakinan pribadi.
Sejak muda, Samir sudah tertarik dengan perbincangan politik dan membaca buku sejarah, meskipun ia sulit membedakan antara sejatah militer dan politik. Saat itu, Samir pun memproklamirkan dirinya sebagai seorang komunis.
Seiring waktu, Samir kemudian belajar realpolitik dan sosiologi. Namun, ketika blok komunis jatuh, Samir sadar dan tidak lagi menjadi penggemar negara komunis. Akhirnya, Samir pun menjadi seorang agnostik, ia tidak bertuhan dan mempelajari filsafat.
Ia mempelajari filsafat karena ia tidak ingin mengulangi kesalahannya di masa lalu sebagai seorang komunis. Karena itu, dia saat itu menolak semua dogma. “Saya ingin menghindari melakukan hal yang sama kesalahan seperti di masa lalu, jadi saya menolak semua dogma,” ujar Samir dikutip dari buku “Stories of New Muslims”, Sabtu (19/12).
Kemudian kedua orang tuanya tiba-tiba bercerai. Untuk melupakan semua itu, Samir pun menghabiskan waktu untuk tertawa bersama teman-temannya dengan mabuk-mabukan, merokok, dan bahkan menghisab ganja. Kendati demikian, ia mampu menyelesaikan kuliahnya dan lulus sebagai sarjana muda.
Setelah itu, ia terpaksa mengikuti wajib militer dari negaranya. Dari pelatihan militer itu, mentalitas Samir pun mulai berubah. Namun, setelah menjadi manyarakat sipil, ia kembali menjalani kehidupan yang kelam selama setahun. Ia mengalami godaan dari kebiasaan buruknya dan mulai memikirkan tentang jalan hidupnya.
“Saya mulai merasakan kebutuhan akan sesuatu yang lain dalam hidup saya. Kemudian salah satu saudara perempuan saya, pulang dari Suriah dan memberi saya sebuah buku berjudul "The Bible, Quran and Science".
Menurut Samir, penulis buku tersebut ingin menunjukkan bahwa di dalam Alqur’an ada beberapa hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia, dan apa yang ada di dalam Alqur’an terbukti secara ilmiah.
Setelah membaca buku yang menarik itu, dia pun siap untuk mengubah cara hidupnya. Lalu, dia membeli terjemahan Alquran untuk dipelajari lebih dalam. “Dan sebelum saya membaca secara keseluruhan, saya telah menjadi seorang Muslim, alhamdulillah,” kata Samir.
Bagi Samir, segala sesuatu berasal dari Tuhan dan dia percaya bahwa Tuhan telah mengirimkan buku tersebut untuknya untuk menjadi seorang muslim. “Dia telah memilih cara ini untuk membuat saya menerima Islam. Alhamdulillah!” kata Samir.