IHRAM.CO.ID,AMBON -- Direktur Resnarkoba Polda Maluku Kombes Pol Tjahyo Utomo mengatakan, tingginya harga penjualan narkotika dan obat-obat terlarang golongan satu bukan tanaman berupa sabu-sabu di daerah ini akibat proses perjalanan yang panjang dan beresiko tinggi.
"Kenapa bisa mahal, itu tentunya berkaitan dengan resiko pekerjaan, sehingga para pelaku dijalur distribusi itu menaikkan harga berdasarkan pada resiko di perjalanan," kata Tjahyo di Ambon, Sabtu (19/12).
Menurut dia, harga jual narkoba jenis sabu di wilayah Maluku bisa mencapai Rp3,5 juta per gram. "Hampir dua tahun saya menjabat Direktur Resnarkoba di sini dan memang terlihat ada perbedaan harga yang sangat menyolok dibandingkan di pulau Jawa," ujar Tjahyo.
Dia menuturkan, ketika barang haram dari luar negeri itu masuk ke Indonesia, harga di kapal masih relatif murah, kemudian mendarat di daerah Sumatera maka harganya sudah Rp500.000 untuk 1 kg.
"Begitu sampai di Jakarta, yang saya mau kasih tahu sekarang harganya sudah naik menjadi Rp1,2 juta sampai Rp1,5 juta," jelas Tjahyo.
Kemudian untuk sampai ke Kota Ambon, resikonya jauh lebih tinggi dan lebih jauh proses distribusinya sehingga harganya semakin mahal bisa mencapai Rp3,5 juta per gram.
Untuk masalah narkoba golongan satu jenis tembakau gorila yang sekarang lagi marak beredar merupakan narkoba berbentuk cairan yang dipakai merendam ganja dan tergantung kepada selera pengguna.
"Ketika dia diarahkan penggunanya untuk dihisap seperti rokok maka tembakaunya direncam ke dalam cairan tersebut dan memiliki aroma yang sangat wangi," ujarnya.
Untuk membedakannya secara fisik, wangi tembakau itu berbeda dengan wangi tembakau yang sudah direndam sintetik karena lebih harum seperti prafum. Ada juga modus baru bahwa penggunaannya itu menggunakan vape ( rokok elektrik ) nah itu sudah beberapa kali razia dilakukan oleh tim gabungan, dan terindikasi bahwa beberapa cairan liquid yang menjadi bahan vape itu terindikasi mengandung cairan sintetik.
"Jadi ini masih kita selidiki kembali supaya dapat diketahui bagaimana proses peredaran. Mungkin di Ambon ini baru untuk masalah sintetik, tetapi sekarang ini lagi trend," kata Tjahyo.
Kasus sintetik ini tidak sedikit, sangat banyak dan itu biasanya menjadi sebuah pengalihan ketika yang namanya ganja itu agak sulit didapatkan, maka mereka mencari jenis sintetik.
Sebab ganja sifatnya musiman dan dipanen pada waktu tertentu, tetapi untuk tembakau gorila atau ganja buatan ini tidak ada musim dan kapan saja bisa produksi, sehingga menjadi alternatif para pengguna ketika ganja sudah mulai langka di pasaran.