IHRAM.CO.ID, LONDON -- Aplikasi populer lainnya yang membantu Muslim dunia melihat waktu sholat kembali dilaporkan menjual data lokasi pengguna ke perusahaan teknologi yang memiliki hubungan dengan militer AS. Temuan ini dilaporkan pertama kali oleh media Vice, Motherboard.
Situs web teknologi ini melaporkan aplikasi 'Salaat First' menjual data lokasi pengguna ke Predicio, Senin (11/1). Predicio merupakan perusahaan asal Prancis, yang sebelumnya menjadi bagian dari rantai pasokan data kompleks, yang melibatkan kontraktor pemerintah AS dan bekerja dengan FBI, ICE, maupun Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan.
Dilansir di Middle East Eye, Selasa (12/1), Motherboard melaporkan pihaknya telah memperoleh kumpulan data mentah dan akurat dari pergerakan pengguna aplikasi berdasarkan sebuah sumber.
Sumber informasi itu disebut merasa prihatin, bahwa informasi sensitif semacam itu berpotensi melacak Muslim menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Data yang ada juga berpotensi disalahgunakan oleh mereka yang membeli dan memanfaatkan data tersebut.
"(Data pengguna) Dilacak sepanjang hari dan memberikan banyak informasi. Seharusnya data itu tidak dapat digunakan melawan pengguna, terutama jika pengguna tidak menyadarinya," kata sumber itu.
Menurut situs teknologi itu, Salaat First ditemukan telah menjual data pengguna di Android, di mana aplikasinya telah diunduh lebih dari 10 juta kali.
Pengembang aplikasi, Hicham Boushaba, menolak menanggapi permintaan komentar dari Middle East Eye. Meski demikain, ia mengatakan kepada Motherboard jika pengumpulan data hanya dimulai jika aplikasi diunduh di Inggris, Jerman, Prancis, atau Italia.
Boushaba mengonfirmasi aplikasi tersebut mengirimkan data lokasi pengguna ke Predicio. Tetapi ia juga mengatakan telah memutuskan untuk mengakhiri perjanjian pada 6 Desember 2020, menyusul skandal yang melibatkan aplikasi doa Muslim populer, Muslim Pro.
Motherboard melaporkan, menurut versi kebijakan yang diarsipkan dari Agustus 2020, kebijakan privasi Salaat First di situsnya telah menyebutkan Predicio. Namun, aplikasi itu tidak menyediakan salinan atau tautan ke kebijakan privasi, yang melanggar kebijakan Google Play Store.
Seorang juru bicara Google memberi tahu Motherboard, Play Store melarang penjualan data pribadi atau sensitif yang dikumpulkan melalui aplikasi Play. "Kami menyelidiki semua klaim yang terkait dengan aplikasi yang melanggar kebijakan kami, dan jika kami mengkonfirmasi adanya pelanggaran, kami akan mengambil tindakan," ujar juru bicara tersebut.
Predicio telah menghapus situs webnya, setelah laporan artikel itu muncul. Mereka juga mengeluarkan pernyataan yang mengatakan tidak mendukung penggunaan data bagi pemerintah, komersial, atau pribadi yang bertujuan untuk data intelijen dan mengidentifikasi etnis, agama, maupun kelompok politik, utamanya pelacakan manusia atau identifikasi orang dalam bentuk apa pun.