Selasa 19 Jan 2021 13:24 WIB

Ketawadhuan Nabi Muhammad Saat Perjalanan Ibadah Haji

Nabi Muhammad menunjukkan sikap tawadhu saat perjalanan ibadah haji.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Ketawadhuan Nabi Muhammad Saat Perjalanan Ibadah Haji. Foto: Ilustrasi Rasulullah
Foto: Pixabay
Ketawadhuan Nabi Muhammad Saat Perjalanan Ibadah Haji. Foto: Ilustrasi Rasulullah

IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Nabi Muhammad SAW terkenal dengan ketawadhuanya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk ketika saat menjalankan ibadah haji. Nabi Muhammad beberapa kali jadi ketua rombongan ibadah haji (amirulhaj).

Abu Talhah dalam kitabnya 'Kaifa Tastafidu min al Haramain asy-Syarifain Ayyuha az-Zair wa-al-Muqim Ahwal an Nabi fi Al-Hajj' mengatakan, terlihat jelas sikap kerendahan hati yang ditunjukkan Nabi dalam memimpin umat manusia ketika haji.

Ketawadhuan saat berhaji pertama Nabi pernah berhaji di atas pelana usang dan perbekalan yang nilainya kurang dari 4 dirham (HR Ibnu Majah).

Kedua nabi tidak mau diistimewakan sedikitpun dari orang lain. Karena alasan Ini, dia menolak diberi minuman khusus yang berbeda dari para jamaah. Dia berkata kepada pamannya Abbas ketika dia menawarkan hal itu kepadanya.

"Aku tidak memerlukan perlakuan yang demikian berikan aku minum sebagaimana jamaah lainnya." (HR Ahmad).

Ketiga, nabi memberi boncengan kepada Usamah bin Zaid dari Arafah ke muzdalifah di hadapan orang banyak sedangkan dia adalah orang yang terhormat. Keempat, nabi menyempatkan berhenti hanya untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan seorang perempuan. (HR Muslim dan Ibnu Majah).

Kelima, nabi memberikan kesempatan kepada siapa saja yang ingin menemuinya dengan mudah. Beliau tidak mengambil pengawal yang menghalangi para jamaah haji yang ingin bertemu dan berbicara kepadanya.

Keenam, nabi tidak angkuh untuk menyembelih hewan kurbannya. Dia berkenan menyembelih unta dengan tangannya sendiri yang mulia. Padahal ia dapat saja mewakilkan kepada orang lain dengan kerendahan hati.

"Itulah nabi memperoleh simpati cinta dan kepercayaan semua orang," katanya.

Oleh karena itu kata Abu Talhah, seyogyanya para dai dan cendekiawan mengikuti teladan keagungan akhlak nabi. Hal ini agar dapat lebih bersikap rendah hati dan sayang kepada sesama terutama kepada kaum lemah yang memerlukan bantuan.

"Itulah pangkal dari sikap rendah hati," katanya.

Abu Talhah mengatakan, Syekh Ibnu Mubarok, sebagaimana dikutip oleh Imam Ghazali, menjelaskan bahwa pangkal sikap tawadhu adalah menempatkan diri pada posisi orang yang dibawahnya dalam urusan kenikmatan dunia, sehingga tidak merasa punya kelebihan dibanding dia.

"Tawadhu juga merupakan jalan bagi para dai aji untuk memperoleh cinta dan kepercayaan jamaah. Pada akhirnya para jamaah haji dapat menerima dan melaksanakan nasehat mereka," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement