IHRAM.CO.ID,LEBAK -- Kerajinan batik Lebak hingga kini masih bertahan di tengah pandemi COVID-19 yang mengakibatkan omzet penjualan menurun drastis hingga 80 persen.
"Kami mengoptimalkan pemasaran melalui digitalisasi secara online agar bisa bertahan," kata Umsaro (55), seorang perajin batik Lebak, Selasa (27/1).
Perajin batik Lebak sangat terpukul di tengah pandemi COVID-19, karena permintaan pasar menurun drastis hingga 80 persen. Menurunnya penjualan itu, mengakibatkan produksi kerajinan batik dihentikan sementara dan mereka pekerja sebanyak 40 orang terpaksa dirumahkan.
Apabila, ada pesanan konsumen maka mereka kembali dikerjakan. "Kami sekarang masih bersyukur bisa bertahan dengan pendapatan sekitar Rp10 juta/bulan," katanya menjelaskan.
Begitu juga Dedi (50) seorang perajin batik warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya kini masih bertahan, meski permintaan pasar relatif kecil.
Biasanya, banyak pelanggan datang ke sini, namun di tengah pandemi COVID-19 bisa dihitung dengan jari tangan. Saat ini, harga batik Lebak termurah Rp150 ribu dengan bahan baku katun dan tertinggi Rp1,2 juta dengan bahan baku sutera.
"Kami kini menjual batik bergabung dengan aplikasi market-place,meski pendapatan Rp8-10 juta/bulan," katanya menjelaskan.
Sementara itu, Yusuf (46) pengelola Rumah Batik Sehati Rangkasbitung mengatakan saat ini omzet pendapatan menurun akibat dampak pandemi COVID-19.
Sebelumnya, pelanggan konsumen dari kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS), BUMN, BUMD, dan masyarakat banyak yang datang ke sini hingga omzet Rp100 juta/bulan.
Namun, saat ini pengunjung relatif sepi, terlebih adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). "Kami sekarang terpaksa memasarkan produk kerajinan batik melalui media sosial dan kini masih bertahan," katanya.