IHRAM.CO.ID, LONDON -- Para imam di seluruh Inggris bergerak bersama menghilangkan disinformasi seputar virus Covid-19. Menggunakan sarana khutbah Jum'at dan kedudukan mereka yang berpengaruh dalam komunitas Muslim, mereka akan menyampaikan pesan jika vaksin Covid-19 aman.
Ketua Dewan Penasihat Nasional Masjid dan Imam (MINAB) Inggris, Qari Asim, didapuk sebagai pemimpin kampanye ini. Setiap imam berusaha untuk meyakinkan Muslim Inggris jika vaksin itu aman digunakan, termasuk kepada mereka yang secara terbuka menganjurkan agar inokulasi tersebut sesuai dengan praktik Islam.
"Kami yakin bahwa dua vaksin yang telah digunakan di Inggris, Oxford AstraZeneca dan Pfizer, diizinkan dari perspektif Islam. Keraguan, kecemasan dan kekhawatiran yang muncul didorong oleh informasi yang salah, teori konspirasi, berita palsu dan rumor," kata Asim dilansir di Punch Nigeria, Rabu (27/1).
Inggris merupakan negara yang paling parah terkena virus di Eropa, setelah mencatat hampir 95.000 kematian. Negara ini mengandalkan upaya vaksinasi terbesarnya untuk mengakhiri siklus penguncian maupun pembatasan perjalanan yang berulang dilakukan.
Berdasarkan laporan dari komite ilmiah yang menasihati pemerintah, ada ketidakpercayaan yang kuat terhadap vaksin di antara etnis minoritas, daripada penduduk Inggris lainnya.
72 persen dari responden kulit hitam menyebut kecil kemungkinannya atau sangat tidak mungkin mendapatkan vaksin tersebut. Di antara mereka, ada yang berlatar belakang Pakistan atau Bangladesh, angkanya 42 persen.
Para imam maupun ustaz berusaha mengurangi ketakutan yang menghinggapi hampir 2,8 juta Muslim Inggris, yang berpikiran jika vaksin mengandung gelatin babi atau alkohol, yang dilarang oleh Islam.
"Sah untuk mempertanyakan apakah hal-hal itu diperbolehkan dalam Islam, tetapi hal ini tidak bisa didasarkan pada klaim yang tidak berdasar," lanjutnya.
Di antara pesan-pesan palsu yang tersebar tentang vaksin adalah vaksin itu dapat memodifikasi DNA. Vaksin tersebut juga disebut membuat penerima menjadi steril, atau bahkan memasukkan microchip ke dalam tubuh.
Kesalahan informasi seputar virus Covid-19 bisa membawa kondisi ke arah semakin berbahaya, mengingat beberapa penelitian menunjukkan hal itu berdampak pada minoritas secara tidak proporsional.
“Inilah komunitas yang harus kami coba targetkan,” kata seorang dokter umum yang berbasis di Chesham, dekat London, Nighat Arif.
Ketika menerima vaksinasi, dia mengunggah video dalam bahasa Urdu di media sosial, yang ditujukan untuk penutur bahasa tersebut yang tinggal di Inggris.
"Saya berharap karena mereka melihat seseorang yang mirip dengan mereka, yang merupakan seorang Muslim taat, mengenakan jilbab, seorang warga Asia yang berbicara menggunakan bahasa mereka, itu lebih bisa diterima daripada sesuatu yang datang dari pemerintah," kata dia.
Arif menyebut dirinya masih merasa terkejut dengan penolakan pasien tertentu untuk diinokulasi vaksin. Sementara ia kerap menjelaskan jika mereka akan sering mendapatkan vaksinasi, utamanya untuk menunaikan ibadah haji di Arab Saudi atau mengunjungi Pakistan dan India. Dia lantas menyebut respon ini hadir akibat teori konspirasi yang menyebar secara daring.