IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- MAKKAH -- Menteri Kebudayaan Arab Saudi, Pangeran Badr bin Abdullah bin Farhan mengumumkan peluncuran proyek ilmiah untuk mendokumentasikan dan mempelajari instalasi batu di Kerajaan Arab Saudi.
Pangeran Badr, yang juga ketua dewan direksi Komisi Warisan Sejarah, mengatakan bahwa proyek tersebut bekerjasama dengan lembaga dan pusat nasional dan internasional, dan termasuk dalam rencana program survei dan penggalian Komisi Warisan Sejarah Arab Saudi.
Komisi Warisan Sejarah Arab Saudi berharap proyek tersebut akan menjadi salah satu proyek penelitian model terpenting dalam arkeologi di tahun-tahun mendatang. Karena itu, proyek ini akan membutuhkan strategi jangka panjang untuk menambahkan informasi berharga pada sejarah budaya Kerajaan Saudi.
Proyek ilmiah ini akan melibatkan para peneliti dan mahasiswa universitas khusus. Proyek ini juga diharapkan mendokumentasikan sekitar 500.000 situs untuk diperiksa. Profesor sejarah dan arkeologi di King Saud University, Abdulaziz Al-Ghazi mengatakan bahwa proyek ini membutuhkan keuangan dan kekuatan manusia agar berhasil.
“Saya berharap ini menarik pemuda Saudi yang kompeten yang mampu melakukan pekerjaan ini. Banyak informasi bagus akan dihasilkan dari pekerjaan ini,” ujarnya dikutip dari Arab News, Sabtu (30/1).
Sementara itu, Profesor restorasi dan arkeologi, Abdul Nasser Al-Zahrani menjelaskan bahwa Kerajaan Arab Saudi memang terkenal dengan tiga benda arkeologi, yaitu Prasasti, kuburan, dan instalasi batu.
Dia mengatakan, kerajaan Saudi adalah tambang besar dari instalasi batu dan semuanya dipenuhi dengan batu nisan dan relik. Namun, menurut dia, instalasi batu belum banyak dipelajari hingga saat ini.
Profesor sejarah kuno, Salma Hawsawi menjelaskan bahwa mempelajari sejarah dan arkeologi Kerajaan adalah bagian dari sejarah nasional dan saksi sejarah negara yang mengakar. "Ini juga bukti kesadaran Saudi tentang apa yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka, peninggalan yang dengan senang hati mereka jaga dan tunjukkan kepada generasi mendatang yang berharap untuk mengetahui warisan peradaban, sejarah manusia dan relik," jelasnya.
Dia mengatakan bahwa kuburan telah ditemukan di Kerajaan sejak Zaman Batu Pertengahan. “Awalnya tentang praktik sederhana seperti lubang yang ditutup lempengan batu. Dan di kemudian hari, mereka menjadi bangunan besar, seperti kuburan batu di Al-Ula, Tayma, Dumat Al-Jandal, Tabuk, dan daerah lainnya,” ungkapnya.
Menurut dia, situs arkeologi Al-Rajajeel (berarti "Manusia") di Al-Jouf adalah salah satu pilar batu yang berasal dari abad keempat Sebelum Masehi (SM), dan merupakan lingkaran batu besar, yang dianggap memberikan perlindungan dari angin atau digunakan sebagai kuburan.
Menurut profesor tersebut, arsitektur tradisional Arab kuno biasanya didominasi oleh dinding tebal dan jendela kecil yang menyesuaikan dengan iklim. “Mereka biasanya dibangun dengan batu kapur atau batu yang tersedia seperti rumah-rumah di Qaryat Al-Faw, yang sangat mirip dengan rumah-rumah di Riyadh nantinya, di dekat tembok yang mengelilingi kota, benteng dan benteng seperti Kastil Tabuk di barat laut negara itu, yang berasal dari 3.500 SM, dan banyak situs lainnya, ”katanya.