IHRAM.CO.ID,ABU DHABI --- Imam besar Al Azhar Mesir, Syekh Ahmed El Tayyeb meminta dunia untuk bergabung dalam sebuah kesepakatan Dokumen Persaudaraan Manusia antar umat agama dan budaya untuk mewujudkan persaudaraan, kebebasan, kesetaraan dan keadilan. Hal itu disampaikan Syekh Ahmed El Tayyeb dalam peringatan Hari Persaudaraan Manusia Internasional pada Kamis (4/2).
Dalam kesempatan itu Syekh Ahmed El Tayyeb yang merupakan tokoh ulama Sunni bertemu secara virtual dengan Paus Fransiskus yang berada di Gereja Katolik yang sama-sama memperingati Hari Persaudaraan Manusia Internasional.
Acara dimulai dengan penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama antara Paus Francis dan Syekh Ahmed El-Tayyeb di Abu Dhabi pada (4/2).
Syekh Ahmed El Tayyeb mengatakan acara yang dideklarasikan pada sidang ke-75 Sidang Umum PBB pada Desember 2020 itu merupakan pesan perdamaian bagi seluruh umat manusia untuk mempererat persaudaraan, kerja sama, mengakhiri perang, menyebarkan toleransi, dan menolak kebencian. Resolusi PBB mendeklarasikan 4 Februari sebagai Hari Persaudaraan Manusia Internasional bertujuan untuk mendukung semua upaya untuk mengarusutamakan budaya hidup berdampingan dan untuk memerangi diskriminasi, rasisme, dan kebencian.
"Ini adalah kemenangan bagi martabat manusia, terlepas dari agama, jenis kelamin, warna kulit atau lokasinya," kata El-Tayeb seperti dilansir Ahram pada (5/2).
Syekh El Tayyeb menambahkan bahwa penerapan dokumen tersebut membutuhkan kemauan yang tulus dan tekad yang kuat dari setiap umat beragama.
"Saya berkomitmen untuk terus bekerja dengan saudara saya Paus Fransiskus dan dengan saudara saya para sarjana dan tokoh agama, serta dengan semua orang yang mencintai kebaikan dan perdamaian, untuk mewujudkan prinsip dan tujuan persaudaraan manusia menjadi kenyataan yang nyata," katanya
Selama pertemuan virtual,m kedua pemimpin agama itu juga memberikan penghargaan persaudaraan kepada Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan Latifah Ibn Ziaten Maroko, yang putranya dibunuh di Prancis. Mereka juga meluncurkan kampanye untuk mengakhiri ekstremisme agama.