IHRAM.CO.ID,MAMUJU -- Palang Merah Indonesia (PMI) terus berupaya meningkatkan kesadaran para penyintas gempa di Sulawesi Barat khususnya yang mengungsi di tenda untuk tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.
"Kami di tim layanan kesehatan (yankes) terus berupa dan tidak henti-hentinya mengingatkan, mengimbau dan mengedukasi penyintas yang menghuni tenda pengungsian untuk menerapkan prokes sebagai bentuk antisipasi penyebaran COVID-19," kata Koordinator Layanan Kesehatan PMI Provinsi Sulbar Fajria Arisa Kamil di Mamuju, Selasa (9/2).
Menurutnya, harus diakui tingkat kesadaran pengungsi untuk menerapkan protokol kesehatan masih bisa dikatakan rendah, bahkan banyak pengungsi yang ditemui seakan tidak peduli dengan keberadaan COVID-19 saat ini. Padahal mereka mengetahui sudah banyak warga yang terinfeksi virus mematikan tersebut.
Ironisnya, setelah tim Yankes PMI menyebar masker ke para pengungsi, ternyata masker tersebut hanya digunakan saat ada personel PMI yang sedang memberikan pelayanan, setelah relawan kemanusiaan ini pergi dari lokasi pengungsian masker itu hanya disimpan bukan digunakan dan ada pula yang membuangnya.
Meskipun timnya hampir kehabisan ide untuk mengubah perilaku pengungsi agar menerapkan protokol kesehatan minimalnya menggunakan masker, Tim Yankes PMI tidak putus asa, tapi terus berupaya agar para penyintas patuh dan taat terhadap protokol kesehatan.
Jangan sampai setelah menjadi korban terdampak gempa, mereka (pengungsi) malah menjadi korban COVID-19 yang bisa saja virus ini menyebar di lokasi pengungsian dan merenggut nyawa mereka akibat tertular.
Pihaknya juga terus mencari solusi untuk mengubah pandangan sebagian pengungsi yang masih tidak percaya terhadap keberadaan COVID-19 dan menganggap enteng virus yang pertama kali merebak di Wuhan, China ini.
"Kami akui, banyak diantara pengungsi yang tidak peduli bahkan beralasan lebih baik memperhatikan kondisi rumahnya yang rusak daripada sibuk memberikan imbauan tentang bahaya COVID-19. Ini menjadi tantangan buat kami di tim yankes untuk mengubah pola pikir mereka, meskipun saat ini sudah cukup banyak pengungsi yang mulai peduli dan tetap menerapkan protokol kesehatan di pengungsian," tambahnya.
Maka dari itu, Fajria mengatakan setiap memberi pelayanan kesehatan ke berbagai titik pengungsian pihaknya selalu memberikan edukasi terkait bahaya dan cara mencegah dari tertularnya COVID-19. Ia pun berharap perlahan pengungsi yang tinggal di pengungsian semakin paham dan peduli terhadap keberadaan COVID-19 yang bisa menyebabkan kematian ini.
Pihaknya juga khawatir, jika pengungsi tidak segera mengubah pandangannya terhadap keberadaan COVID-19 dan persediaan masker menipis atau bahkan habis, maka dampak buruknya pengungsian bisa menjadi klaster COVID-19. Ia pun menekankan agar warga semakin peduliterhadap protokol kesehatan demi keselamatan bersama.
Adapun yang wajib diperhatikan dan dilaksanakan khususnya para pengungsi yang tinggal di tenda pengungsian untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Pertama harus membiasakan menggunakan masker, jangan sampai masker yang diberikan PMI atau dari yang lainnya hanya digunakan saat ada petugas atau personel yang datang ke pengungsian. Masker ini cukup efektif untuk mencegah penularan COVID-19.
Kemudian, meskipun di pengungsian tinggal bersama keluarga atau saudara tetap menerapkan jaga jarak, karena bisa saja orang di sekitar atau terdekag ada yang tertular COVID-19 dengan tanpa gejala yang bisa kembali menularkan virus mematikan ini ke diri sendiri ataupun orang lain.
Selain itu, selalu menjaga kebersihan khususnya tangan dengan cara mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah beraktivitas.
Selanjutnya, jika membutuhkan informasi atau kebutuhan mendesak lainnya apalagi ada pengungsi yang sakit dan menunjukkan gejala terserang COVID-19 segera hubungi petugaskesehatan terdekat baik Puskemas maupun Puskemas pembantu (pustu) atau bisa menghubungi nomor hotline PMI di nomor 0853-1545-9537 bisa melalui telepon atau WA.
Tidak kalah pentingnya untuk selalu memahami gejala-gejala terjangkit COVID-19 seperti kehilangan fungsi penciuman dan rasa (lidah) suhu tubuh yang tiba-tiba di atas normal yakni 37,5 derajat Celcius, pusing, mual dan lainnya.
Jika ditemukan ada warga yang mengalami salah satu atau seluruh gejala tersebut untuk segera melapor dan tidak menutup-nutupinya. Penerapan protokol kesehatan sangat penting meskipun di pengungsian untuk keselamatan bersama
Sementara, salah seorang pengungsi yang tinggal di daerah Desa Taan, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju Asmir Jamil mengatakan harus diakui sebagian pengungsi masih masa bodoh dengan keberadaan COVID-19, bahkan masih banyak yang tidak peduli dan tidak percaya dengan virus ini.
Namun demikian, tidak seluruh pengungsi atau warga seperti itu, cukup banyak juga dari mereka yang peduli dengan kesehatannya, sehingga selama tinggal di pengungsian tetap menjalankan protokol kesehatan minimalnya menggunakan masker.
Ia menjelaskan alasan ketidakpedulian pengungsi dalam mengantisipasi penyebaran COVID-19 karena mereka menganggap daerahnya aman, apalagi satu pengungsi dengan pengungsi lainnya masih saudara dan tidak pernah bepergian ke luar daerah.
Padahal ia mengakui, bukan berarti daerahnya aman dari penyebaran COVID-19, apalagi pascagempa yang meluluhlantakkan Kabupaten Mamuju dan Majene banyak orang dari luar daerah berdatangan untuk memberikan bantuan, padahal bisa saja diantara mereka ada yang tertular virus mematikan tersebut.
Maka dari itu, ia yang merupakan penyintas COVID-19 kerap mengingatkan keluarga dan tetangganya untuk tetap menerapkan protokol kesehatan untuk meminimalisasikan penyebaran virus yang sudah menewaskan ribuan warga Indonesia.
"Memang sering ada edukasi seperti dari PMI tentang COVID-19, tapi harus dilakukan terus menerus hingga warga semakin peduli terhadap keberadaan virus ini dan sadar pentingnya antisipasi penyebaran COVID-19," katanya.
Ditemui di tempat terpisah, pengungsi yang tinggal di posko pengungsian Simbuang 02, Kelurahan/Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju Musafri mengatakan ia tentunya ingin menggunakan masker jika ada maskernya, tetapi jika tidak ada mau bagaimana lagi. Maka dari itu, ia menginginkan masker yang tidak hanya sekali pakai saja
"Iya takut juga kalau tertular, tapi kondisi darurat seperti ini mau bagaimana lagi, kami hanya bisa berharap masker yang diberikan tidak hanya untuk sekalo pakai saja," ujarnya.