IHRAM.CO.ID,TEHERAN--Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei mengatakan negaranya hanya akan menerima dan bereaksi terhadap tindakan positif oleh pihak lain terhadap perjanjian nuklir. Pernyataan ini disebutnya karena telah melihat janji yang dilanggar sebelumnya.
Khamenei mengatakan dalam pidatonya bahwa Iran telah mendengar banyak pembicaraan dan janji yang baik yang tidak ditepati.
“Kali ini hanya aksi. Jika kita melihat aksi dari sisi lain, kita juga akan bertindak. Republik Islam tidak akan puas dengan janji, tapi tindakan," katanya kepada masyarakat Tabriz pada peringatan tahun 1978 protes mereka dilansir dari Aljazeera, Rabu (17/2).
Pada tahun 2018, mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir antara Iran dan beberapa negara kekuatan dunia. Amerika lalu menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran yang masih berlaku hingga saat ini.
Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan ingin memulihkan kesepakatan bersejarah tetapi bersikeras Iran harus kembali ke semua komitmen yang mulai dibatalkan pada 2019 sebelum sanksi dapat dicabut. Namun Khamenei mengatakan kebijakan Iran tentang Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), sebagaimana kesepakatan itu secara resmi diketahui, adalah bahwa AS harus mencabut sanksi terlebih dahulu karena secara sepihak melanggar kesepakatan.
Iran juga telah mengusulkan agar kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa dan kepala "koreograf" Komisi Gabungan JCPOA Josep Borrell secara simultan kembali ke kepatuhan penuh di bawah kesepakatan oleh kedua belah pihak. Pernyataan Khamenei datang saat Iran berada di jalur yang tepat untuk menghentikan inspeksi atas pengawas nuklir dari PBB.
Sesuai undang-undang yang disetujui parlemen, setelah pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh, Iran akan membatasi tetapi tidak menghentikan inspeksi mulai 23 Februari.
Kazem Gharib Abadi, perwakilan Iran untuk Badan Energi Atom Internasional (IAEA), telah memberi tahu badan tersebut tentang langkah tersebut. Dia mengatakan bahwa Iran akan menghentikan beberapa langkah-langkah transparansi yang berhubungan dengan pengayaan uranium di samping konstruksi bagian sentrifugal dan inspeksi mendadak.
Presiden Iran Hassan Rouhani pada hari Rabu mengkonfirmasi pembatasan inspeksi yang akan datang tetapi menekankan Iran telah dan tidak akan pernah membuat senjata nuklir.
“Seperti yang telah kami katakan berkali-kali, belum dan tidak akan pernah ada ruang untuk senjata pemusnah massal, termasuk senjata nuklir, dalam program pertahanan negara kita,” katanya dalam pidato kabinet yang disiarkan televisi.
"Ini selalu menjadi pendapat terpadu kami bahwa kami tidak akan pernah mengejar senjata nuklir, tetapi kami akan mengejar teknologi nuklir damai karena itu adalah hak kami," katanya.
Rouhani mengatakan Iran tidak ingin memiliki program nuklir rahasia apa pun, dan fatwa Khamenei yang melarang keras senjata pemusnah massal akan selalu ada. Sementara negara Barat, bagaimanapun, sebelumnya mengatakan mereka percaya Iran memiliki program senjata nuklir rahasia yang dibubarkan pada tahun 2003.
Pekan lalu, Menteri Intelijen Iran Mahmoud Alavi mengatakan kucing yang terpojok akan melakukan hal-hal yang tidak terduga dan jika kekuatan Barat mendorong Iran menuju bom nuklir, itu adalah kesalahan mereka. Pernyataannya itu mengundang kecaman baik dari dalam maupun luar negeri dan beberapa pejabat menegaskan kembali bahwa fatwa Khamenei tetap tidak berubah.