Jumat 19 Feb 2021 22:19 WIB

Rusia Dirikan Kamp Militer Elemen Penduduk Lokal Suriah

Rusia bangun kamp militer di timur laut Suriah

Tentara oposisi Suriah yang didukung Turki mengendarai kendaraan bersenjata di Akcakale, Sanliurfa, tenggara Turki, Jumat (18/10).
Foto: AP Photo/Mehmet Guzel
Tentara oposisi Suriah yang didukung Turki mengendarai kendaraan bersenjata di Akcakale, Sanliurfa, tenggara Turki, Jumat (18/10).

IHRAM.CO.ID, AL-HASAKAH, Suriah -- Rusia mulai mendirikan kamp militer yang diisi oleh elemen-elemen penduduk lokal di timur laut provinsi al-Hasakah Suriah, menurut sumber-sumber lokal.

Rusia semakin memperkuat kehadiran militernya di al-Hasakah, sebuah langkah yang menyebabkan ketegangan antara pasukan rezim Bashar al-Assad dan kelompok teror YPG/PKK yang dimulai pada 28 Desember 2020, dan berubah menjadi blokade bersama pada Januari.

Sementara YPG/PKK terus menduduki bagian di provinsi al-Hasakah, daerah termasuk Pegunungan Kawkab, dan fasilitas Brigade 156 di bawah kendali rezim.

Tentara Rusia, yang mengerahkan sekitar 1.000 tentara di provinsi al-Hasakah sejak 25 Desember, sekarang mulai membentuk pos militer di bawah komandonya yang terdiri dari unsur-unsur lokal di bawah kendali rezim Assad, kata sumber tersebut.

Pada tahap pertama, sebanyak 200 orang telah terdaftar di unit tersebut, dan proses pendaftaran masih berlangsung.

Menurut sumber tersebut, mereka yang bergabung dalam pangkalan tersebut sebagai "Petugas Pertahanan" akan diberikan gaji sebesar USD300 per bulan.

Pada Desember 2019, Rusia berupaya membentuk unit militer yang terdiri dari unsur-unsur lokal di wilayah yang diduduki YPG / PKK di al-Hasakah untuk melindungi titik-titik militernya di wilayah tersebut, tetapi upaya Rusia tersebut diblokir oleh AS pada April 2020.

Kelompok teroris YPG/PKK dan Rusia pada 11 Februari telah mencapai kesepakatan setelah serangkaian pertemuan untuk membatasi pergerakan pasukan rezim di kota al-Hasakah dan Qamishli.

Menurut sumber tersebut, pasukan rezim hanya akan bisa bergerak di dalam dua kota tersebut jika didampingi oleh anggota kelompok teroris YPG/PKK.

Kesepakatan itu muncul setelah ketegangan yang meningkat antara pasukan rezim dan anggota kelompok teroris di wilayah tersebut sejak awal Januari dirusak oleh penangkapan bersama dan pengepungan oleh teroris YPG/PKK terhadap pasukan rezim, yang mendorong intervensi Rusia untuk mendinginkan ketegangan.

YPG/PKK awalnya memberikan waktu kepada rezim untuk menarik diri dari al-Hasakah hingga 20 Januari, tetapi Rusia meminta perpanjangan tenggat waktu dalam upaya untuk menemukan penyelesaian sengketa antara kedua belah pihak.

Sumber-sumber lokal mengonfirmasi kepada Anadolu Agency bahwa rezim Assad tidak puas dengan perjanjian untuk membatasi pergerakannya di dua kota tersebut, sementara juga mengutip ketidakmampuannya untuk melanggar perjanjian karena ditengahi oleh Rusia.

Pasukan rezim, yang kebebasan bergeraknya dibatasi di provinsi al-Hasakah oleh kesepakatan baru-baru ini, mengandalkan kelompok Hizbullah dari Lebanon yang didukung Iran untuk mempertahankan posisi mereka dalam persamaan kekuasaan di wilayah tersebut.

Hizbullah mengirim 200 militan ke Bandara Qamishli di al-Hasakah dua minggu lalu. Namun, para militan segera dipindahkan dari bandara oleh pasukan Rusia.

Rezim telah mempersenjatai milisi lokal yang dikenal sebagai "Shabiha", sementara kelompok Hizbullah mulai memberikan pelatihan militer kepada mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement