IHRAM.CO.ID, TOKYO -- Membuang makanan adalah hal yang bertentangan dengan konsep kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu negara yang berperang melawan limbah makanan adalah Jepang.
Data pemerintah menunjukkan Jepang menghabiskan biaya ekonomi nomor tiga dunia, yakni sekitar dua triliun yen (19 miliar dolar Amerika Serikat), dengan membuang lebih dari enam juta ton limbah makanan. Dengan limbah makanan per kapita tertinggi di Asia, pemerintah Jepang telah memberlakukan undang-undang baru untuk mengurangi separuh biaya tersebut pada 2030.
Dilansir dari Reuters, Senin (1/3), hal ini mendorong perusahaan untuk mencari solusi. Toko swalayan Lawson Inc telah mulai menggunakan kecerdasan buatan (AI) dari perusahaan Amerika Serikat (AS) DataRobot, yang memperkirakan berapa banyak produk di rak, dari onigiri sampai sandwich telur dan tuna. Makanan bisa saja tidak terjual atau kurang dari permintaan.
Lawson bertujuan menurun kelebihan stok hingga 30 persen di tempat-tempat di mana AI telah diluncurkan. Lawson ingin mengurangi limbah makanan di semua tokonya pada 2030 dibandingkan dengan 2018. Pembuangan limbah makanan adalah biaya terbesar bagi pemilik waralaba Lawson setelah biaya tenaga kerja.
Pembuat minuman Suntory Beverage & Food Ltd sedang bereksperimen dengan produk AI lain dari Fujitsu Ltd untuk mencoba menentukan apakah barang, seperti botol teh oolong dan air mineral yang telah rusak dalam pengiriman. Sampai sekarang, itu adalah upaya yang dilakukan.
Dengan AI baru, Suntory berharap dapat mengukur kapan hanya kotak yang rusak atau kapan isinya sendiri telah rusak dan perlu dikembalikan. Suntory bertujuan untuk mengurangi pengembalian barang hingga 30-50 persen dan memotong biaya limbah makanan.