IHRAM.CO.ID, BAGHDAD—Irak mulai menggelar vaksinasi virus corona sejak Selasa (2/3) kemarin, dengan 50 ribu dosis vaksin Sinopharm yang disumbangkan Cina.
Kampanye vaksinasi dilakukan untuk memerangi pandemi gelombang dua, lebih dari 4.600 kasus baru perhari, sekaligus persiapan sebelum kunjungan Paus Fransiskus pada Jumat (5/3).
"Vaksin tiba dalam semalam dan kami segera mendistribusikannya ke pusat kesehatan dan memulai vaksinasi," kata Menteri Kesehatan Hassan Al-Tamimi di kompleks rumah sakit Medical City di Baghdad yang dikutip di Arab News, Rabu (3/3). “Kami akan melakukan lebih banyak vaksinasi besok di provinsi dan daerah terpencil,” sambungnya.
Selain petugas kesehatan, pasukan keamanan dan orang tua juga akan menjadi kelompok pertama yang menerima vaksin gratis, kata kementerian. Meski begitu, infrastruktur kesehatan masyarakat di Irak, negara berpenduduk 40 juta, telah rusak parah akibat perang selama beberapa dekade, ditambahkan kurangnya investasi dan korupsi yang masih mewabah.
Kementerian Kesehatan telah menyetujui kesepakatan dengan duta besar China di Baghdad untuk membeli 2 juta dosis Sinopharm lagi, tetapi tidak memberikan rincian tentang biaya atau waktunya.
Pihak berwenang Irak mengatakan pada Januari bahwa mereka telah menyetujui tiga vaksin untuk digunakan, tetapi telah berulang kali terjadi penundaan dan pernyataan yang kontradiktif dari otoritas kesehatan.
Kementerian, mengatakan pihaknya masih mengharapkan kedatangan 16 juta dosis vaksin melalui skema Covax global, di mana negara-negara kaya akan mengalokasikan vaksin untuk negara-negara miskin.
Angka itu tampaknya didasarkan pada janji Covax bahwa, bergantung pada pendanaan, itu dapat membantu negara-negara miskin memvaksinasi 20 persen dari populasi mereka, atau 8 juta orang di Irak.
Kementerian juga mengatakan akan menerima 3 juta suntikan AstraZeneca, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia hanya menyetujui distribusi 2 juta dari dosis tersebut ke Irak melalui Covax.
Kementerian juga mengatakan telah mendapatkan dana dari Bank Dunia untuk 1,5 juta suntikan dari Pfizer/ BioNTech, tetapi kesepakatan itu membutuhkan pemungutan suara parlemen yang belum diadakan.
Afiliasi Sinopharm, Institut Produk Biologi Wuhan mengatakan vaksinnya memiliki tingkat kemanjuran 72,51 persen, lebih rendah dibanding pesaingnya, Pfizer/BioNtech dan Moderna, masing-masing memiliki tingkat 95 persen dan 94,5 persen.
Sumber: arabnews