IHRAM.CO.ID, YANGON -- Tentara dan polisi Myanmar baru-baru dikabarkan menggunakan TikTok untuk menyampaikan ancaman eksekusi di tempat pada para demonstran. Menanggapi hal itu, Kelompok hak digital Myanmar ICT for Development (Mido) mengatakan, telah menemukan lebih dari 800 video pro-militer yang mengancam pengunjuk rasa.
"Itu hanya puncak dari gunung es," kata Direktur Eksekutif Mido Htaike Htaike Aung, Jumat (5/3).
Menurut dia, ada ratusan video lainnya yang menebar ancaman dengan seragam aparat di aplikasi itu. Satu video pada akhir Februari lalu, menunjukkan seorang pria berseragam tentara mengarahkan senapan serbu ke kamera dan berbicara kepada pengunjuk rasa. Dalam ancamannya, ia mengancam akan menembak langsung dari depan dengan menggunakan peluru sungguhan.
"Saya akan berpatroli di seluruh kota malam ini dan saya akan menembak siapa pun yang saya lihat ... Jika Anda ingin menjadi martir, saya akan memenuhi keinginan Anda,’’ ucap oknum dari video tersebut.
Namun demikian, orang dalam video tersebut tidak dapat dihubungi. Seorang juru bicara tentara dan junta juga tidak menanggapi permintaan komentar.
Menanggapi hal tersebut TikTok mengatakan dalam sebuah pernyataan, pihaknya memiliki pedoman jelas yang menyatakan tidak boleh ada konten yang menghasut kekerasan. Termasuk informasi yang salah dan menyebabkan kerugian.
"Terkait dengan Myanmar, kami telah dan terus segera menghapus semua konten yang memicu kekerasan atau menyebarkan informasi yang salah, dan secara agresif memantau untuk menghapus konten apa pun yang melanggar pedoman kami,’’ ujar TikTok.