IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Asosiasi IoT Indonesia (ASIOTI) Fita Indah Maulani mengatakan bahwa digitalisasi membuka kesempatan banyak orang dari berbagai kalangan termasuk perempuan dan kelompok rentan (contoh: penyandang disabilitas), dan untuk berkarya dan berkontribusi di dunia teknologi.
"Dengan adanya digitalisasi, kesempatan terbuka untuk perempuan dan kelompok rentan untuk berkontribusi terhadap teknologi. Kini, mereka tidak hanya sebagai pengguna, namun bisa menjadi pelaku," kata Fita dalam acara penganugerahan pemenang kompetisi EU Social DigiThon 2021, secara virtual, Jumat (5/3).
Lebih lanjut, Fita tidak mengelak bahwa pandemi juga mendorong penetrasi digitalisasi. Terlebih, dengan aktivitas yang kebanyakan dilakukan di rumah, bisa mendukung masyarakat untuk bekerja dan belajar hal baru termasuk teknologi digital dari mana saja.
"Pandemi ini membuat kita bekerja dan belajar dari mana saja, sehingga ini membuka kesempatan. Terlebih, akses belajar semakin terbuka dan bisa dilakukan dari online," kata Fita.
"Saya memiliki teman-teman dari awalnya merupakan technology enthusiast, mencoba belajar coding dari media sosial. Mereka belajar dan kembangkan kemampuannya untuk menciptakan solusi teknologi," imbuhnya.
Di sisi lain, Programme Manager European Instrument for Democracy and Human Rights (EIDHR) Uni Eropa, Saiti Gusrini, mengatakan bahwa masih ada tantangan mengenai ketidaksetaraan untuk perempuan dan kelompok rentan. Namun, ia percaya generasi muda bisa berinovasi untuk mencari solusi dari isu sosial dan diaplikasikan luas di masyarakat.
"Tantangan masih ada, pun tuk perempuan dan kelompok rentan. Kita perlu mendobrak stereotype yang ada. Kami bangga dan apresiasi anak-anak muda yang mau meluangkan waktu dan pikirannya untuk inisiatif ini dan semoga masih bisa dilanjutkan," ujar wanita yang akrab disapa Rini itu.
Komisioner Komnas Perempuan Andy Yentriani juga sependapat dengan Rini. Ia mengatakan, "Saya secara umum sangat mendorong upaya kita mencari solusi dari tantangan sosial sehingga bisa memberikan ruang suara dan daya bagi mereka yang terpinggirkan di proses-proses dalam masyarakat."
"Anak muda adalah kekuatan utama untuk menelusuri kerentanan dan solusi-solusinya dari proses-proses yang selama ini ada," pungkasnya.