IHRAM.CO.ID, DUBAI -- Uni Emirat Arab (UEA) kemarin mengumumkan telah menyiapkan dana investasi 10 miliar dolar AS yang ditujukan untuk sektor strategis di Israel. Keputusan itu diambil setelah panggilan telepon konstruktif antara Putra Mahkota Abu Dhabi Syeikh Mohammed Bin Zayed dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Dilansir di Middle East Monitor, Sabtu (13/3), Netanyahu akan mengadakan pembicaraan dengan Bin Zayed dan Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman di Emirates. Sebuah laporan intelijen yang dirilis oleh AS bulan lalu menyatakan penguasa de-facto Saudi bertanggung jawab atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Melaporkan dana investasi UEA-Israel, kantor berita resmi Abu Dhabi WAM mengatakan bahwa kerajaan Teluk akan menggunakan dana 10 miliar dolar AS. "Ini untuk berinvestasi di dan bersama Israel, di berbagai sektor termasuk manufaktur energi, air, luar angkasa, perawatan kesehatan, dan teknologi pertanian," demikian laporan WAM.
Dana tersebut dibangun di atas Abraham Accord yang bersejarah dan bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi antara dua ekonomi yang berkembang di kawasan ini, membuka peluang investasi dan kemitraan untuk mendorong kemajuan sosio-ekonomi.
Pendanaan akan bersumber dari pemerintah dan swasta. Kabar tentang dana investasi itu muncul saat Israel Aerospace Industries (IAI) dan Emirates 'EDGE, yang keduanya perusahaan pertahanan milik negara, menyampaikan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan berkolaborasi dalam solusi C-UAS (Counter-Unmanned Aircraft System) canggih yang disesuaikan ke pasar UEA.
Teknologi tersebut disebut memiliki manfaat yang lebih luas untuk wilayah MENA dan sekitarnya. Untuk diketahui, kedua negara telah menormalisasi hubungan pada tahun lalu dalam apa yang dipandang sebagai kemenangan besar mantan presiden AS Donald Trump.
Pemimpin Partai Likud, yang partainya secara historis menentang penentuan nasib sendiri Palestina, itu ditolak akses ke wilayah udara Yordania kemarin karena kunjungan resmi pertamanya ke kerajaan otoriter.
Dalam komentar menyusul pembatalan penerbangannya ke UEA, Netanyahu menjelaskan hal itu karena kesalahpahaman dengan Yordania. Sebab Yordania terikat oleh perjanjian damai sejak 1994. Namun dia mengatakan dia berbicara dengan Bin Zayed, pemimpin de facto UEA, dan mereka setuju untuk bertemu segera.